Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah kemajuan teknologi dan gaya hidup yang semakin modern, setiap ruang aktivitas manusia kini memiliki peran yang jauh lebih besar dari sekadar tempat bekerja atau beristirahat. Di dalam setiap ruang tersebut, terkumpul begitu banyak perangkat elektronik yang memudahkan hidup sehari-hari, mulai dari ponsel, AC, hingga perangkat dapur atau perkantoran.
Meski begitu, di balik kemudahan yang ditawarkan oleh perangkat elektronik, muncul persoalan baru yang tak kalah penting, yaitu meningkatnya jumlah limbah elektronik (e-waste) seiring dengan pertumbuhan penggunaannya.
|Baca juga: Begini 3 Jurus Pamungkas dari Pemerintah Perangi Sampah Informasi
Dikutip dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, laporan tahunan Global E–Waste Monitor 2020 yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa jumlah sampah elektronik pada tahun 2019 mencapai 53 juta ton. Namun, hanya 17,4 persen limbah elektronik dunia yang berhasil dikumpulkan, diproses, dan didaur ulang secara tepat.
Di Indonesia, dua juta ton sampah elektronik dihasilkan pada tahun 2021. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan bagian dari tren global yang mengkhawatirkan dalam hal pengelolaan sampah elektronik.
Ancaman Bagi Kehidupan
E–waste tidak hanya jadi bukti betapa cepatnya kita berganti teknologi, tapi juga membawa dampak buruk bagi tubuh manusia dan lingkungan sekitar. Apa saja dampaknya?
- Kerusakan Pada Organ Manusia
E–waste mengandung berbagai komponen beracun yang membahayakan kesehatan manusia, seperti merkuri, timbal, barium, dan litium. Paparan zat-zat berbahaya pada limbah elektronik dapat menimbulkan dampak serius, seperti kerusakan pada otak, jantung, hati, ginjal, dan sistem rangka. Selain itu, sistem saraf dan reproduksi juga dapat terdampak, yang berpotensi menyebabkan berbagai penyakit hingga kelainan sejak lahir.
|Baca juga: 5 Tips dari Bank DBS Indonesia bagi Pemilik Bisnis Hadapi Dinamika Ekonomi dan Politik 2025
- Jejak Beracun di Lingkungan
Pembuangan e–waste secara tidak tepat, seperti dibakar, dapat melepaskan partikel beracun yang mencemari udara, tanah, dan air. Logam berat serta zat berbahaya di dalamnya dapat merusak mikroorganisme, menurunkan kesuburan tanah, diserap tanaman, hingga mencemari air tanah dan ekosistem perairan.
Country Director SCG Indonesia, Warit Jintanawan, mengingatkan bahwa limbah elektronik merupakan tantangan lingkungan yang terus berkembang seiring pesatnya kemajuan teknologi. Jika tidak ditangani dengan bijak, e-waste dapat membahayakan kehidupan kita.
Sebagai bagian dari ekosistem yang peduli terhadap keberlanjutan, SCG Indonesia mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil peran aktif dalam pengelolaan limbah elektronik yang bertanggung jawab. “Melalui langkah sederhana, seperti memilah dan menyerahkan e-waste kepada pihak yang memiliki sistem pengelolaan yang tepat, kita turut menjaga bumi tetap lestari demi masa depan,” kata Warit dalam keterangan resmi yang dikutip Sabtu, 27 September 2025.
Tips Mengelola dan Memanfaatkan Barang Elektronik Bekas
Banyak perangkat elektronik yang dibuang begitu saja setelah tak terpakai, padahal masih memiliki nilai guna atau dapat didaur ulang. Untuk itu, penting bagi setiap individu untuk mulai mengambil langkah sederhana dalam mengurangi dan memanfaatkan limbah elektronik secara bijak.
Berikut ini enam tips praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Rethink sebelum membeli
Pilih elektronik yang tahan lama, mudah diperbaiki, dan bergaransi. Dengan begitu, perangkat tersebut tidak perlu sering diganti ataupun dibuang.
- Reuse untuk fungsi lain
Elektronik lama masih bisa dipakai untuk hal berbeda, misalnya HP jadi remote untuk smart home, atau laptop lama yang bisa digunakan kembali untuk mengetik dan browsing ringan.
- Refurbish agar bermanfaat kembali
Servis atau ganti komponen (seperti baterai atau RAM) supaya perangkat bisa dipakai lebih lama.
|Baca juga: Tips Jitu Hadapi Biaya Kesehatan yang Terus Naik
- Cek kembali sebelum disimpan
Daripada elektronik lama di rumah dibiarkan menumpuk, pastikan perangkat tersebut masih dapat digunakan, dijual kembali, atau lebih baik dikelola melalui jalur yang tepat.
- Setor dan Kelola bersama Institusi Pengelolah Sampah
Kalau ada barang elektronik bekas yang sudah rusak dan tidak digunakan, dapat langsung disetor kepada berbagai badan yang mampu mengelolanya. Alhasil, bahan berbahaya tidak mencemari lingkungan dan material yang masih bisa bermanfaat akan diproses kembali.
- Mengikuti Program Tukar Tambah (Trade-In)
Tukar tambah atau menjual perangkat elektronik yang sudah tidak digunakan. Banyak toko besar kini menyediakan program tukar tambah yang menawarkan potongan harga atau voucher toko untuk pembelian produk baru.
Contohnya adalah program Trade-In dari Mitra10, yang telah bekerja sama dengan Rekosistem sebagai Recycling Partner resmi.
“Pengelolaan elektronik bekas tidak sekadar membuang perangkat yang sudah tidak terpakai, namun bagaimana membangun sistem sirkular yang memungkinkan elektronik bekas tersebut dapat didayagunakan kembali sehingga tidak perlu ditimbun atau bahkan sampai mencemari lingkungan,” kata Category Lead Electronic & Waste Management Rekosistem, Yohannes David Arieanto.
Inisiatif untuk Dukung Pengurangan E-Waste Nasional
Sebagai pelopor Green Retail di Indonesia, Mitra10 terus memperkuat komitmennya dalam mendukung gaya hidup berkelanjutan melalui berbagai inisiatif ramah lingkungan. Salah satu langkah nyata yang dihadirkan adalah program “Trade-In: Tukar Baru, Tambah Seru!” yang merupakan sebuah solusi inovatif untuk mengurangi barang elektronik bekas yang semakin meningkat di Indonesia.
Berikut ini rincian programnya:
- Tukar Mudah, Dapat Untung Besar!
Yuk ikut berpartisipasi dalam program Trade-In Mitra10, dan dapatkan voucher belanja hingga Rp500.000.
|Baca juga: Tips Merawat Baterai Mobil Listrik Ala Garda Oto
- Mengantar Langsung ke Toko Mitra10
Pelanggan dapat membawa langsung barang elektronik yang ingin ditukarkan ke toko Mitra10 terdekat. Barang yang diserahkan akan ditukarkan dengan voucher potongan harga hingga Rp500.000, disesuaikan dengan jenis produk elektronik yang dibawa.
- Mengunjungi Toko Mitra10
Pelanggan dapat membuat janji temu dengan tim Mitra10 untuk penjemputan barang elektronik langsung dari rumah. Setelah konfirmasi, tim Mitra10 bersama Rekosistem akan menjemput barang elektronik bekas sesuai dengan lokasi dan waktu yang telah dijadwalkan.
- Mengisi Formulir Electronic Pick-up
Pelanggan juga dapat mengajukan penjemputan barang elektronik melalui formulir daring di tautan http://bit.ly/RekoHouseholdPickup. Setelah seluruh data diisi dan dikirim, tim Rekosistem akan menghubungi pelanggan dan melakukan penjemputan sesuai informasi yang telah dikirimkan.
Sebagai mitra usaha Mitra10, SCG memberikan dukungan penuh terhadap Program Trade-In sebagai bagian dari komitmen ESG 4 Plus yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata kontribusi SCG dalam membangun masa depan yang lebih hijau bersama Mitra10 dan seluruh masyarakat Indonesia.
Direktur Mitra10, Indra Gunawan, mengatakan bahwa melalui program Trade-In, pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan dengan langkah yang sederhana, tapi bermakna. “Sebagai bagian dari jaringan distribusi dan ritel yang terus berkembang di Indonesia, inisiatif ini menjadi wujud nyata komitmen kami dalam menghadirkan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat,” tuturnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
