Media Asuransi, JAKARTA – Data Global Tuberculosis Report (GTR) 2022, menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dengan penderita Tuberkulosis (TBC ) terbanyak di dunia Ada 969 ribu kasus TBC di Indonesia dengan penderita rata-rata umur 45 sampai dengan 54 tahun.
Hal ini disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Prambudi, dalam webinar Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2023, yang dilaksanakan pada Jumat, 17 Maret 2023.
Menurut Imran, salah satu indikator keberhasilan program pemerintah dalam pengendalian TBC adalah dengan adanya penemuan kasus. Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berhasil menemukan sekitar 74 persen dari estimasi GTR.
|Baca juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Paru Paru untuk Diri Sendiri dan Keluarga
“Tahun ini kita berhasil menemukan sekitar 717 ribu dan ini penemuan terbesar sejak lima tahun terakhir,” terangnya.
Namun, Imran melanjutkan, dengan penemuan kasus yang banyak ini, sayangnya kesadaran masyarakat penderita TBC akan pengobatan masih minim, yakni hanya sekitar 7.800 atau sekitar 60 persen.
Lebih lanjut, kasus TBC pada anak juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun 2021 hanya terdapat 42 ribu kasus kemudian meningkat di tahun 2022 menjadi 100 ribu lebih atau naik 200 persen.
“Saya kira ini juga dampak dari PSBB, orang-orang yang TB, yang terdiagnosis, artinya juga belum terobati maka mereka akan menyebarkan kepada keluarganya, yang paling rentan adalah anaknya,” ujar Imran. Dia paparkan bahwa cakupan terapi pencegahan tuberkulosis mengalami kenaikan dari 0,3 persen menjadi 1,1 persen. Terapi ini ditujukan bagi orang yang terinfeksi bakteri namun belum mengalami gejala.
Meskipun angka penemuan sudah meningkat drastis, cakupan terapi pencegahan TBC masih tergolong kecil. Imran berharap cakupan terapi pencegahan tuberkulosis mencapai 48 persen. “Kita harus berupaya terus agar cakupan-cakupan ini bisa meningkat agar bisa melindungi masyarakat jangan sampai mereka terkena TB,” pungkasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News