1
1

Apa Saja Kesalahan Epik Orang Indonesia dalam Menyiapkan Bekal Pensiun

Chief Marketing Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Eveline Haumahu. | Foto: MAMI

Media Asuransi, JAKARTA – Menyiapkan dana pensiun bukan sekadar menabung. Ini adalah perjalanan panjang yang membutuhkan strategi matang agar kita bisa menikmati masa tua dengan tenang. Sayangnya, banyak orang Indonesia masih terjebak dalam pola pikir yang keliru, sehingga bekal pensiun mereka jauh dari optimal.

“Berdasarkan Asia Care Survey 2025, kesalahan ini terjadi di hampir semua kelompok usia, baik yang masih muda maupun yang mendekati masa pensiun,” kata Chief Marketing Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Eveline Haumahu, dalam keterangan tertulis yang dikutip Minggu, 23 November 2025.

Dia tegaskan bahwa ‘kesalahan epik’ ini dapat berujung fatal. Yakni hidup sengsara justru di saat tubuh tak lagi sekuat dulu. Oleh karena itu, dia paparkan Eveline mengingatkan bahwa pensiun perlu disiapkan dengan strategi investasi 3 babak.

|Baca juga: 6 Tips Ampuh Kelola Keuangan di Masa Pensiun Demi Kehidupan yang Nyaman

Kita harus menyadari bahwa waktu berjalan terus, tidak dapat diulang. Ketika kita sampai di usia pensiun, segala yang kita siapkan di kala produktiflah yang menjadi bekal kita. Untungnya, pensiun adalah salah satu tujuan investasi karena kita punya waktu sangat panjang untuk mencapainya, walaupun itu juga tergantung kapan kita sadar harus mulai mempersiapkan.

Tahap pertama dari investasi untuk persiapan masa pensiun disebut babak akumulasi. Di tahap ini, misi kita adalah menumbuhkan modal investasi melalui instrumen yang agresif dan fluktuatif. High risk, high return dapat jadi pilihan di babak ini. “Saham atau reksa dana saham, emas, bahkan properti bisa jadi pilihan, asal dipahami benar risikonya,” kata Eveline.

Setelah keriput bermunculan dan pensiun tinggal 3-5 tahun lagi, dimulailah tahap kedua yaitu babak preservasi. Di babak ini misi utama adalah mengurangi risiko demi menjaga modal yang telah terkumpul. Potensi laba lebih terbatas tak mengapa. “Di fase ini obligasi dan reksa dana pendapatan tetap bisa jadi alternatif yang baik,” tuturnya.

|Baca juga: Bisakah Keuntungan Reksa Dana Digunakan untuk Pensiun? Ini Jawabannya!

Lalu, ketika usia sampai di ujung masa produktif, dimulailah tahap realisasi, karena kita akan mulai mengonsumsi bekal pensiun sebagai ganti penghasilan yang tak lagi datang saban bulan. Di tahap ini, bekal pensiun sebaiknya berbentuk sangat likuid dan mudah diakses, serta disiagakan dalam alternatif paling stabil dan bebas dari fluktuasi. “Di fase ini, deposito dan reksa dana pasar uang boleh dipertimbangkan sebagai wadah investasi,” jelas Eveline.

 

Epic fail #1: Yang muda, yang konservatif.

Asia Care Survey 2025 menemukan bahwa responden Indonesia di populasi berusia produktif justru menempatkan >50 persen asetnya dalam bentuk tunai, dan nyaris tidak menikmati return sama sekali. Instrumen tunai seperti rekening tabungan dirancang untuk kemudahan transaksi, bukan memberikan pertumbuhan, sehingga hanya menawarkan bunga sangat rendah.

“Perilaku ‘main aman’ ini tentunya akan menghambat pertumbuhan aset dan berpotensi menurunkan kesejahteraan di masa pensiun nanti,” kata Eveline.

 

Epic fail #2: Yang tua jadi tuan tanah.

Survei yang sama menemukan bahwa 38 persen responden berusia 55+ memprioritaskan properti sebagai aset utamanya. Alasannya: persepsi bahwa harga properti akan terus naik. Di usia senja, saat kita tak lagi produktif dan justru akan mengonsumsi aset kita untuk hidup, likuiditas seharusnya jadi sahabat kita.

Jangan sampai ketika dibutuhkan, aset-aset kita butuh waktu bertahun-tahun untuk dijual. Jangan lupakan juga, bahwa tahap akumulasi alias pertumbuhan aset sudah lama berlalu.

|Baca juga: Inilah Idaman Para Pensiunan di Indonesia

“Seharusnya dilakukan saat kita muda. Saat pensiun bukan lagi waktu yang tepat untuk menghadapi risiko fluktuasi berlebih akibat kita masih harus menumbuhkan kekayaan,” jelasnya.

Epic fail #3: Lupa tameng keuangan.

Satu kesalahan fatal lainnya adalah tidak siapnya kita menghadapi kejadian tak terduga. Saat tak punya perlindungan, maka sakit, kehilangan jiwa, kehilangan pekerjaan dan penghasilan, bisa memorak-porandakan rencana kita menikmati pensiun sejahtera.

“Asuransi jiwa, asuransi kesehatan dan dana darurat adalah tameng yang tak boleh lupa disiapkan sebelum kita merencanakan tujuan lain dalam hidup,” tutur Eveline.

Dia jelaskan, untuk dapat menghindari kesalahan pengelolaan seperti di atas, kita perlu memahami diri kita, dan menumbuhkan pengetahuan tentang alternatif keuangan dan investasi.

“Selain itu, waktu adalah sahabat kita jika kita mulai merintis bekal pensiun sesegera mungkin. Sebaliknya, waktu bisa jadi musuh yang menakutkan jika kita menunda-nunda,” tegasnya.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Dari World Major Marathon, HYROX, hingga World Cup bersama blu by BCA Digital

Member Login

or