Media Asuransi, JAKARTA – Kinerja makroekonomi Indonesia yang terus pulih, menjadikan ekonomi Indonesia kondusif bagi investasi dan perdagangan untuk diminati investor global. Oleh karena itu, menurut Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, sudah selayaknya para investor asing datang dan berinvestasi di Indonesia.
Perry menyampaikan 3 alasan penting mengapa investor mancanegara harus berinvestasi di Indonesia dibandingkan di negara lain. Pertama, Indonesia memiliki kinerja ekonomi terbaik pasca pandemi. Fundamental ekonomi Indonesia tergolong kuat dengan akselerasi digitalisasi yang optimal. Perekonomian Indonesia lebih stabil dalam moneter dan keuangan, hal ini baik untuk investasi.
Kedua, kuatnya kebijakan ekonomi nasional. Indonesia sebagai leading economic reform memiliki kepemimpinan yang kuat pada kebijakan pemerintah, termasuk koordinasi yang baik antara fiskal dan moneter. Sehingga, APBN Indonesia relatif optimal untuk meredam shock yang mendera ekonomi. Hal ini akan mempermudah investasi dan perdagangan. Lebih lanjut, terdapat transformasi strukural sekor riil yang terus didorong pemerintah untuk pengembangan hilirisasi pertambangan dan agrikultur, ekonomi hijau dan inklusif.
Ketiga, Bank Indonesia mendukung investasi dengan kebijakan. Terdapat baruan kebijakan yang pro stabilitas dan pro pertumbuhan untuk mendukung iklim investasi yang baik. Contoh implementasi diantaranya insentif terkait kebijakan perbankan untuk pembiayaan sektor prioritas, pengembangan dan digitalisasi UMKM, dan selanjutnya pembayaran yang semakin mudah dengan integrasi, interopabilitas, interkoneksi. Ke depan transaksi pembayaran antarnegara akan semakin mudah baik melalui cross border payment, local currency transaction dan Rupiah Digital.
“Bukan hanya dua pemimpin negara (Indonesia dan UAE) yang berelasi dekat, tapi dua negara ini memiliki kepentingan yang sama untuk saling memperkuat ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Apalagi yang Anda tunggu? Segeralah berinvestasi ke Indonesia,” kata Gubernur BI Saat memberikan sambutan dalam Indonesian Invesment Forum in Dubai (IIFD) 2023, di Dubai-Uni Emirat Arab (UAE), Rabu, 8 Maret 2023.
|Baca juga: Survei Bank Indonesia: Permintaan Pembiayaan Korporasi Tumbuh Positif
Dalam keterangan resmi BI yang dikutip Jumat, 10 Maret 2023 disebutkan bahwa IIFD 2023 diselenggarakan oleh Bank Indonesia bersama KJRI Dubai, Kedutaan RI di Abu Dhabi, Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC)-Kementrerian Investasi RI, dan Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC)-Kemendag RI.
IIFD menawarkan sejumlah kegiatan yang memasarkan potensi Indonesia, di antaranya presentasi beberapa investment project opportunities (IPRO), Indonesian Night in Dubai yang meliputi IN2MOTION FEST (modest fashion show), malam dan pameran UMKM Indonesia termasuk binaan BI. Mengambil tema “Unlocking Indonesia’s Potential“, IIFD bertujuan membuka kesempatan untuk menarik Foreign Direct Investment (FDI) sekaligus memperluas pasar bagi produk berorientasi ekspor. Acara ini event pendukung ASEAN Chairmanship 2023. Sebelumnya, terdapat Road to IIFD untuk membuka jalan bagi perhelatan ini yang mempresentasikan 7 (tujuh) proyek investasi strategis.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk UAE, Husin Bagis mengemukakan bahwa UAE merupakan rekan penting Indonesia baik dalam keagamaan, kesehatan, konservasi, mangroove, kultur dan ekonomi termasuk investasi, perdagangan dan keuangan. Nilai investasi UAE di Indonesia telah mencapai US$4,5 miliar dan ditargetkan mencapai US$20 miliar di 2030.
Komitmen investasi terus berjalan yang meliputi sejumlah sektor di antaranya telekomunikasi, bio thermal, panel surya, minyak dan gas sebagai FDI yang signifikan untuk Indonesia. “Kita percaya bahwa hal yang terpenting dalam momentum ini adalah bagaimana menindaklanjutinya,” tuturnya.
Terdapat 4 proyek yang berpeluang mendapatkan investasi dari investor Timur Tengah, yaitu: pertama, Agro Techno Park di Garut sebagai pusat pengembangan agrikultur sekaligus obyek wisata edukatif. Kedua, Special Economic Zone (SEZ) in Health-Tourism di Bali yaitu kawasan terintegrasi untuk keperluan medis sekaligus pariwisata. Ketiga, Wado Hydro Electric Powerplant, merupakan PLTA Sungai Cimanuk, Wado, berkapasitas 50 MW yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Keempat, Wind Power Plant Tolo 2 yaitu pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 72 MW di Janeponto, Sulawesi Selatan.
Empat proyek yang tergolong ekonomi berkelanjutan tersebut sebelumnya dikurasi oleh BI, IIPC Abu Dhabi. Proyek tersebut melakukan pameran dan presentasi langsung kepada calon investor. Proyek ini diharapkan turut mendorong ekonomi hijau dan berkelanjutan demi masa depan bumi yang lebih baik.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News