Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar diskusi secara virtual membahas isu terkini sektor keuangan bertema “Embracing the Ineviable: New Financial Sector’s Landscape”. Diskusi virtual ini dihadiri beberapa pimpinan lembaga internasional, yaitu Chairman of APRA, Wayne Byres, Director General of Strategy Development and Management Bureau JFSA, Matsuo Motonobu, Deputy Governor of Korean Financial Supervisory Service, Lee Jin-Seok, dan Chief Risk Officer of China Banking and Insurance Regulatory Commission, Liu Fushou.
Dalam diskusi itu mengemuka pembahasan bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku konsumen ke arah saluran yang lebih efisien, berkelanjutan, dan terdigitalisasi di semua aspek kehidupan. Perubahan tersebut memberikan peluang sekaligus memunculkan berbagai jenis risiko bagi sektor keuangan.
Selain itu, tantangan global yang signifikan seperti perubahan iklim, ketegangan geopolitik, perubahan tren demografi, dan peraturan yang berkembang juga akan berdampak signifikan pada sektor keuangan dalam jangka menengah hingga panjang. Tren dan perkembangan makro tersebut menjadi penting bagi otoritas keuangan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.
|Baca juga: OJK Perkuat Kerja Sama dengan Otoritas Australia dan Jepang
“Saya yakin inilah saat yang tepat bagi kita untuk saling belajar dari pengalaman masing-masing dalam menyikapi perubahan dan dinamika tersebut. Oleh karena itu, diskusi hari ini berfungsi sebagai platform yang bagus bagi kita untuk bertukar informasi dan untuk lebih memperkuat kolaborasi kita dalam mencapai pemulihan ekonomi global,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, dalam pembukaan diskusi itu.
Lebih lanjut, dia jelaskan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia terjaga dengan baik dengan indikator yang bertumbuh kuat sehingga berkontribusi pada proses pemulihan ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat dari fungsi intermediasi perbankan pada April 2022 yang mencatatkan tren positif dengan pertumbuhan kredit 9,10 persen year on year (yoy) dengan semua kategori debitur mencatatkan peningkatan, terutama UMKM dan ritel.
Kinerja perusahaan multifinance juga terus membaik, ditunjukkan dengan pembiayaan yang tumbuh (4,51 persen yoy) dan non performing ratio (NPF) yang menurun (2,7 persen), didukung oleh gearing ratio yang stabil (2,01 kali) pada April 2022. Inflasi global dan normalisasi kebijakan moneter pun telah memberikan tekanan pada pasar modal domestik. Portofolio obligasi pemerintah non-residen mencatat net sell year to date (ytd) sebesar Rp103,54 triliun, sementara pasar ekuitas mencatat net buy ytd sebesar Rp62,91 triliun per 20 Mei 2022.
Isu penting lainnya yang dibahas dalam diskusi ini adalah terkait perubahan iklim yang dapat mempengaruhi stabilitas keuangan sehingga lembaga keuangan didorong untuk mengubah bisnis mereka menjadi keberlanjutan karena semakin banyak konsumen yang menyadari dampak dari investasi mereka.
“Mengantisipasi isu dimaksud, OJK telah meluncurkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II (2021-2025), yang fokus pada pengembangan ekosistem yang komprehensif. Selanjutnya, di awal tahun ini, OJK bersama kementerian terkait meluncurkan Indonesia Green Taxonomy Edition 1.0,” jelas Wimboh Santoso.
Menurut dia, OJK akan terus menjalin kerja sama dengan pemerintah dan lembaga berwenang dalam percepatan pemulihan perekonomian global melalui penerapan aspek governance dan kehati-hatian untuk menjaga stabilitas sistem keuangan serta memastikan perlindungan konsumen, memitigasi risiko dan mengawasi kepatuhan industri terhadap peraturan yang ada.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News