Media Asuransi, JAKARTA – Saat ini, ratusan ribu calon jamaah haji 2022 sudah berada di Tanah Suci, baik di Madinah maupun Mekah. Beberapa hari ke depan, mereka akan bersiap untuk melaksanakan puncak ibadah haji, yakni Wukuf di Arafah. Tahun ini, Pemerintah Arab Saudi membatasi jumlah jamaah haji hanya sekitar 1 juta orang, termasuk sekitar 100 ribu jamaah Indonesia. Jumlah keseluruhan jamaah haji tahun ini hanya sekitar 40 peren dari jumlah jamaah haji di tahun terakhir sebelum pandemi Covid-19, yakni tahun 2019.
Beberapa waktu terakhir ini ramai diberitakan tentang masa tunggu antrian ibadah haji di Indonesia yang sangat panjang. Rata-rata masa tunggu antrean keberangkatan haji di Indonesia saat ini adalah 48,5 tahun. Selain melalui program haji reguler, ada juga alternatif haji khusus (ONH Plus) maupun haji furoda yang tanpa antri. Bagi yang merencanakan untuk ibadah haji, pertimbangkan dengan matang keinginan kapan dapat berangkat dan kemampuan ekonomi, setelah itu bulatkan niat dan lakukan perencanaan keuangan yang matang.
Ibadah haji memerlukan persiapan yang matang. Di awal, persiapan keuangan sangat penting, karena untuk mendapatkan nomor antrian keberangkatan harus ada setoran awal yang harus dibayarkan. Lantas berapa biaya yang mesti disiapkan?
|Baca juga: Dana Haji Bakal Masuk Bursa, Ini Kerja Sama BEI dan BPKH
Biaya haji regular yang ditetapkan oleh pemerintah untuk tahun 2022 total sekitar Rp35 juta hingga Rp42 juta yang dibagi dalam dua termin pembayaran. Setoran pertama sebesar Rp25 juta untuk mendapatkan nomor antrian atau porsi haji dan setoran kedua atau pelunasan dari sisanya saat sudah mendapatkan kepastian keberangkatan. Pada haji khusus dan haji furoda, biaya yang dibutuhkan jauh di atas angka tersebut.
“Selain itu, calon jemaah haji juga harus mempertimbangkan faktor inflasi. Jelang keberangkatan, dana yang harus dilunasi mungkin sudah di atas Rp10 juta. Inflasi harga bahan bakar pesawat, hotel, perbedaan kurs mata uang dolar AS maupun riyal Saudi Arabia, dan lain sebagainya akan ikut meningkatkan biaya haji. Selain itu juga perlu dialokasikan dana untuk pembuatan paspor, vaksin meningitis, serta jika dibutuhkan untuk suvenir atau oleh-oleh maupun uang jajan selama di sana,” kata Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Dimas Ardhinugraha, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, jika tekad dan niat sudah bulat, umumnya usaha untuk menggapai tujuan keuangan akan terasa lebih ringan. Agar dana haji dapat terkumpul sesuai waktu yang diharapkan dan jumlah yang dibutuhkan, kita harus mengisi pos dana haji secara disiplin dan rutin. “Atur ulang prioritas keuangan. Jika pendapatan tidak bisa ditambah, maka pengeluaran harus dikurangi. Pilih pos-pos pengeluaran yang masih bisa dihemat, misalnya pos hiburan. Kurangi biaya atau frekuensi makan di luar rumah serta lebih selektif dan irit dalam melakukan pembelanjaan atau pengeluaran,” katanya.
Karena masa tunggu yang cukup panjang pada haji regular dan haji khusus, Dimas menyarankan agar jangan membiarkan uang kita tidur di rekening tabungan dan tergerus inflasi. Menurut dia, reksa dana dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menyimpan dan mengembangkan pos dana haji.
|Baca juga: Cara Menghitung dan Menabung Biaya Haji
“Lakukan diversifikasi pada beragam jenis reksa dana, mulai dari reksa dana pasar uang yang memiliki risiko relatif rendah, reksa dana pendapatan tetap dengan risiko yang sedang, hingga reksa dana saham yang memiliki risiko tinggi,” katanya.
Dia mengingatkan bahwa dalam investasi berlaku prinsip high risk high return dan low risk low return. Potensi keuntungan yang tinggi memiliki tingkat risiko yang juga tinggi. Demikian pula sebaliknya.
“Jika waktu persiapan yang dimiliki cukup singkat, sekitar 1-2 tahun, simpan di instrumen dengan risiko yang relatif rendah. Jika masih sangat panjang, di atas 10 tahun, silakan perbanyak porsi di reksa dana saham,” saran Dimas.
Dia jelaskan, reksa dana saham syariah dapat dimanfaatkan untuk persiapan naik haji jangka panjang. Sebagai contoh, Manulife Syariah Sektoral Amanah (MSSA) merupakan reksa dana yang dikelola sesuai prinsip syariah dan berinvestasi pada berbagai saham perusahaan-perusahaan di Indonesia. Reksa dana MSSA mencatatkan kinerja 12,88 persen dalam setahun terakhir, per akhir Mei 2022.
Selain itu, menurutnya juga dapat dipilih reksa dana dengan risiko yang lebih rendah, seperti reksa dana Manulife Syariah Sukuk Indonesia (MSSI). MSSI berinvestasi pada sukuk atau Surat Berharga Syariah tenor pendek sehingga menghasilkan karakter reksa dana yang lebih konservatif dibandingkan saham. MSSI mencatatkan kinerja 4,48 persen year on year (yoy) per akhir Mei 2022.
Dimas Ardhinugraha mengingatkan bahwa ibadah haji memerlukan kondisi fisik yang prima. “Persiapan keuangan yang baik memungkinkan kita berangkat selagi fisik masih sehat dan prima. Saat kita mendapatkan kesempatan berangkat yang lebih cepat dari waktu perkiraan, saat itu pula kita sudah memiliki dana untuk pelunasan biayanya,” katanya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News