A. A Sg Inten Adriyani, atau yang kerap disapa Inten ini terjun dalam bidang human resource kurang lebih sudah 20 tahun lamanya. Dalam dunia kerja, kariernya tidak diragukan lagi.
Saat ini Inten sebagai Direktur Human Capital & IT BPR PT Intidana Sukses Makmur (Bank Intidana). Sebelumnya perempuan paruh baya ini juga pernah bergabung di salah satu bank swasta terbesar di Indonesia selama kurang lebih 15 tahun.
Inten memang sempat menggeluti beberapa profesi yang berbeda, mulai dari agen asuransi, pegawai negeri sipil, bahkan pernah menjadi manajer personalia di sebuah pabrik sepatu, hingga berakhir dalam dunia sumber daya manusia sebagai ahli dalam manajemen.
Sebelum akhirnya bergabung di manajemen BPR Intidana, selama 2 tahun Inten dipercaya sebagai konsultan perusahaan tersebut. Dengan segala pengalamannya, tentu
menjadi angin segar bagi BPR tersebut.
Tidak hanya itu, Inten datang membawa sejumlah inovasi. Dia memang mendirikan sebuah perusahaan manajemen konsultan untuk berbagi ilmu dan pengalaman sebagai coach, facilitator, dan consultant.
Di tengah fenomena Gen Z yang terkenal sebagai kutu loncat, Inten mempunyai strategi khusus untuk membuat sumber daya manusia (SDM) di BPR betah bekerja. Dia menerapkan komunikasi yang baik dan mensupport segala kebutuhan pegawai.
Bagi Inten, human resources (HR) adalah sebuah seni, yang mengharuskan untuk mengurus seorang manusia yang selalu dikenal sebagai makhluk tidak pernah puas. Prinsipnya dalam dunia SDM adalah: ‘Adil buat karyawan, adil buat perusahaan’.
“Kalau kerja di HR Anda harus punya hati yang ‘adil buat karyawan, adil buat perusahaan’. Itu selalu saya gaungkan, sehingga apapun peraturan perusahaan yang dibuat,
harus melihat prinsip adil buat perusahaan, adil buat karyawan gitu kan? Nah, Anda jalankan pakai prinsip itu saja, maka idak akan takut akan menjadi persisten,” tuturnya.
Karier
Inten mengawali perjalanan kariernya tahun 1988 setelah lulus dari Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Saat itu dia memutuskan merantau ke Jakarta dengan bermodal prinsip bahwa ‘yang penting dapat uang’. Akhirnya, mendapat pekerjaan sebagai agen sebuah perusahaan asuransi jiwa. “Karena tahu bahwa barometer orang sukses itu kan adanya di Jakarta, jadi itu yang membuat saya harus ke Jakarta,” kenangnya.
Setelah menggeluti dunia asuransi, Inten kemudian melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil yang setelah lolos ditempatkan di BP-7. Karena merasa bahwa dunia ini bukan menjadi jiwanya sebagai seorang psikolog, dia pindah dan mendapatkan panggilan dari sebuah pabrik sepatu ekspor dengan mendapat posisi sebagai manajer personalia.
Dalam kurun waktu yang sangat singkat, Inten diminta oleh pemilik pabrik sepatu untuk memegang buyer Jepang dan Eropa dengan jabatan baru sebagai relationship manager.
Setelah itu Inten mendapat tawaran ke perusahaan Bimantara di tahun 1992 dan bertahan beberapa tahun meski sempat keluar karena mengurus anak dan harus mendampingi suami yang tugas ke luar negeri. Setelah itu di tahun 1997 melamar ke sebuah bank swasta yang saat ini sebagai bank swasta terbesar di Indonesia.
Di bank swasta tersebut Inten bergabung sebagai administrasi personalia untuk regional, kemudian di tahun 1999 ditarik ke kantor pusat guna mengurus recruitment dengan cakupan seluruh Indonesia. Pada 2003, dia dipercaya untuk memegang kendali dalam pengelolaan training center perusahaan dengan mendirikan BCA Learning Service. “Satu proyek saya buat, namanya BCA learning service,” ujarnya.
Sampai pada akhirnya Inten mengambil langkah pensiun dini pada 2015. Dia ingin fokus kepada keluarga. Tapi ternyata panggilan jiwa kariernya masih belum berhenti, Inten kembali menerima tawaran bekerja di BPR Intandana, yang saat ini dia jalani.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News