Kabar mengejutkan datang dari Negeri Bollywood yaitu India. Negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa tersebut awalnya mendapat banyak pujian karena dianggap berhasil mengendalikan pandemi melalui vaksinasi dalam skala besar dan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Jumlah penambahan kasus positif per hari di India tercatat turun sejak akhir September 2020 setelah mengalami puncaknya pada pertengahan September 2020. Penurunan kurva tersebut berlanjut hingga Maret 2021 dengan jumlah penambahan kasus per hari di bawah 20.000 kasus.
Namun kondisi tersebut berbalik 180 derajat ketika protokol kesehatan mulai dilonggarkan. Aktivitas bisnis dan masyarakat dibuka penuh dan mayoritas masyarakat mengabaikan penerapan protokol kesehatan seperti tidak menggunakan masker dan menjaga jarak. Puncaknya terjadi saat Festival Kumbh Mela yang diikuti jutaan umat Hindu pada 14 April 2021. Lautan manusia tersebut berkumpul di kota Haridwar, Negara Bagian Uttarakhand, dan berendam bersama di Sungai Gangga.
Pascaperayaan festival keagamaan tersebut, kasus positif Covid-19 di India terus melonjak tajam hingga mencapai level penambahan kasus sebanyak 414.433 per hari pada 6 Mei 2021 dengan jumlah total kasus mencapai 22 juta pada 9 Mei 2021 atau kasus positif Covid-19 tertinggi di dunia. Tsunami Covid-19 tersebut membuat fasilitas medis tak cukup untuk menangani pasien Covid-19. Alhasil, kasus kematian pun meningkat sehingga membuat tempat kremasi jenazah bekerja secara nonstop. Pada 7 Mei 2021, jumlah kematian per hari akibat Covid-19 di India mencapai 4.194 kasus.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tsunami Covid-19 di India dipicu oleh adanya pertemuan masal, rendahnya tingkat vaksinasi, dan adanya varian baru virus Corona. Virus varian baru B1617 itu memiliki dua mutasi dengan tingkat penularan yang lebih tinggi. Di Indonesia, varian baru virus Corona tersebut sudah terdeteksi, bersamaan dengan varian baru lainnya yaitu varian asal Inggris B117 dan varian B1351 asal Afrika Selatan.
Tsunami Covid-19 yang terjadi di Negeri Bollywood tersebut seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia agar tetap waspada bahwa pandemi ini masih berlangsung. Tidak hanya pemerintah Indonesia tetapi juga masyarakatnya karena persoalan pandemi ini sangat bergantung pada kesadaran dari masing-masing individu dalam penerapan protokol kesehatan.
Apa yang terjadi di India saat ini, bukan tidak mungkin berpotensi terjadi juga di Indonesia. Pasalnya, banyak kemiripan kondisi antara India dan Indonesia. Pertama, saat ini jumlah kasus positif di Indonesia cenderung turun dari puncaknya pada Januari 2021. Kedua, program vaksinasi juga sedang digalakkan. Ketiga, pemerintah mulai melonggarkan pengetatan aktivitas ekonomi dan masyarakat. Keempat, Indonesia akan menghadapi perayaan Hari Raya Idulfitri. Kelima, banyak masyarakat yang mulai abai terhadap penerapan protokol kesehatan dalam beraktivitas sehari-hari. Untuk poin terakhir terlihat dari fenomena berjubelnya pengunjung di Pasar Tanah Abang, Jakarta dan kerumunan di tempat-tempat berburu takjil jelang berbuka puasa.
Melihat kondisi tersebut, ancaman tsunami Covid-19 bagi Indonesia menjadi sangat serius dan nyata sehingga tidak bisa dianggap enteng atau bahkan disepelekan. Dulu, saat pertama kali virus Corona ini mewabah di Wuhan, China, Indonesia cenderung ‘menyepelekan’ apa yang terjadi di sana dan terlalu pede bahwa Covid-19 tidak akan masuk ke Indonesia. Faktanya, pandemi benar-benar masuk ke Indonesia dan lebih dari 1 tahun masih mewabah. Apakah kita mau mengulangi kesalahan yang sama?
Program vaksinasi memang sedang berjalan, tetapi realisasinya untuk mencapai tingkat kekebalan komunitas masih jauh panggang dari api. Terlebih, yang sudah divaksin pun belum ada jaminan 100 persen tidak akan kembali terinfeksi. Apalagi ada varian virus Corona yang baru.
Bila kita menyepelekan apa yang terjadi di India sehingga tsunami Covid-19 benar terjadi di Indonesia, ekonomi akan kembali lumpuh karena pemerintah pasti akan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk penanggulangannya. Proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung akan kembali ke titik nol dan segala upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi bakal menjadi sia-sia.
Tentu kita semua tidak ingin proses pemulihan ekonomi Indonesia yang tengah berlangsung ini harus terhenti dan kembali ke jurang resesi akibat lonjakan kasus positif Covid-19. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama untuk disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan agar tsunami Covid-19 tidak terjadi di negeri tercinta ini. Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News