Pada Kamis, 17 Desember 2020, Media Asuransi menggelar acara Webinar Insurance Outlook 2021 dengan tema Prospek Pertumbuhan ekonomi, Perbankan, Multifinance, Pasar Modal, dan Asuransi pada tahun 2021. Subtema yang diangkat adalah “Mengejar Pertumbuhan Seiring dengan Optimisme Penanganan Pandemi Covid-19”.
Seluruh pembicara yang berasal dari ekonom, perbankan, pasar modal, multifinance, dan asuransi menyatakan optimismenya bahwa keadaan ekonomi dan kinerja industri keuangan akan makin membaik pada tahun 2021. Mereka juga sepakat bahwa prasyarat yang harus dipenuhi untuk pemulihan ekonomi adalah pengendalian pandemi Covid-19.
Namun demikian, optimisme tersebut tidak serta merta membuat pelaku industri menjadi lengah terhadap potensi risiko yang mengadang ke depan dan pada level tertentu justru dapat membalikkan keadaan. Bahkan, Kepala Departemen Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2 A Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ahmad Nasrullah meminta pelaku sektor jasa keuangan untuk tetap menyiapkan berbagai skenario mitigasi risiko jika kondisi tahun 2021 tidak sebaik yang diperkirakan.
“Saya bukan skeptis atau pesimistis. Cuma memang kita harus antisipasi sedemikian rupa dan kita mitigasi risikonya walau vaksin sudah ada. Kita harus tetap berjaga-jaga kalau skenario ini akan berlanjut di 2021, bagaimana tingkat risikonya,” jelasnya saat menyampaikan keynote speech.
Dalam kesempatan sama, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu juga menyatakan bahwa tren pemulihan ekonomi yang sedang terjadi masih dibayangi oleh sejumlah risiko yang harus tetap diwaspadai, khususnya dari perkembangan pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan penurunan.
Tak hanya dari pelaku sektor jasa keuangan, optimisme juga datang dari pelaku sektor riil yang terungkap dalam hasil survei Grant Thornton International Business Report (IBR) yakni sebanyak 79 persen responden menyatakan optimistis keadaan ekonomi akan makin membaik pada 2021. Angka tersebut naik signifikan dari level 56 persen pada survei IBR di pertengahan tahun 2020. Secara global, optimisme pelaku bisnis Indonesia menduduki peringkat kedua setelah China.
Sikap optimistis ini tentu bukan sekadar optimisme yang dilandaskan pada motivasi hidup semata, tetapi didasarkan pada data-data statistik yang mulai menunjukkan tren kinerja ekonomi sudah dalam fase pembalikan setelah terpukul hebat akibat pandemi. Data ekonomi menunjukkan daya beli masyarakat perlahan mulai pulih, perubahan mobilitas bulanan meningkat, indeks PMI Manufaktur sudah naik ke level ekspansif, dan kinerja investasi serta ekspor juga sudah membaik.
Pasar modal juga menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah kembali ke level 6.000 sejak anjlok ke level 3.937 pada masa awal pandemi. Sejalan dengan itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga tercatat stabil di level bawah Rp14.000.
Membaiknya sejumlah data tersebut diharapkan terus terjaga dan berlanjut ke depannya sehingga memberikan confidence kepada masyarakat menengah atas untuk kembali berbelanja, kepada pelaku usaha untuk kembali berusaha, dan kepada perbankan untuk mulai agresif lagi dalam penyaluran kredit.
Di sisi lain, keberadaan vaksin Covid-19 juga turut menambah confidence masyarakat dan pelaku bisnis bahwa pandemi ini dapat segera diatasi sehingga aktivitas sosial dan ekonomi dapat kembali berjalan normal. Tentu tidak akan senormal pada masa sebelum Covid-19 karena pandemi ini mengajarkan banyak perubahan perilaku, sehingga era yang baru adalah era new normal. Pandemi juga menjadi momentum adaptasi teknologi informasi bagi dunia usaha dalam melakukan transformasi digital.
Selamat memasuki tahun baru 2021, semoga tren pemulihan ekonomi ini dapat terus dijaga dan ditingkatkan ke depannya, sehingga kinerja semua sektor usaha baik riil maupun keuangan makin baik pada tahun Kerbau Logam. Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News