Dalam kegiatan bisnis asuransi, baik itu asuransi jiwa maupun asuransi umum, ada agen asuransi. Para agen asuransi ini mewakili perusahaan-perusahaan asuransi, mereka menjual produk asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Agen asuransi jiwa, misalnya, bahkan mempunyai tugas untuk menjelaskan produk-produk yang dijualnya, lebih-lebih kalau ada unsur investasinya yang menyangkut masa depan. Sedangkan agen asuransi umum, sesuai dengan sifat produk asuransi umum yang berkaitan dengan ganti rugi, harus mampu menjelaskan kalau suatu risiko mengenai harta benda dari nasabah atau tertanggungnya. Misalnya, rumah, mobil, pabrik, dan sebagainya.
Perusahaan-perusahaan asuransi, baik jiwa maupun umum, membutuhkan agen asuransi untuk menjangkau nasabah atau calon nasabahnya, yang biasa disebut sebagai tertanggung (insured). Karena tidak semuanya dapat dilakukan oleh suatu perusahaan asuransi untuk menjangkau tertanggung atau calon tertanggungnya.
Sekarang ini untuk menjadi agen asuransi, baik itu asuransi jiwa maupun asuransi umum, seseorang harus melalui suatu ujian sertifikasi yang diselenggarakan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) untuk agen asuransi jiwa dan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) untuk agen asuransi umum. Setelah lulus mendapat sertifikat, maka seseorang sudah dapat menjual produk asuransi dari perusahaan asuransi yang diwakilinya.
Tentunya, tak selamanya menjadi agen asuransi itu sulit atau capek. Karena, banyak top eksekutif asuransi yang awalnya dari seorang agen asuransi. Bahkan, setiap tahun, agen asuransi jiwa mendapat penghargaan yang digelar oleh AAJI, yaitu pada acara Top Agent Award AAJI. Begitu juga penghargaan untuk agen asuransi umum, yang diselenggarakan tiap tahun oleh AAUI yaitu pada acara AAUI Agent Award.
Sering ada yang mengatakan bahwa pekerjaan sebagai agen asuransi akan tergantikan oleh kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi digital. Memang, teknologi digital, suka atau tidak suka, telah banyak mengubah kehidupan kita, termasuk dalam membeli barang atau jasa. Termasuk, tentunya, produk dan layanan asuransi. Tapi, ternyata, pekerjaan sebagai agen asuransi justru terbantu dengan teknologi digital yang dikembangkan oleh masing-masing perusahaan asuransi, baik itu asuransi jiwa maupun asuransi umum. Suatu perpaduan yang saling melengkapi antara agen asuransi di satu sisi dan teknologi digital di sisi lainnya.
Teknologi digital memang memberikan kenyamanan, kemudahan, kecepatan, dan ketepatan bagi tertanggung atau calon tertanggung suatu perusahaan asuransi. Tapi, seorang agen asuransi dapat memberikan sentuhan manusiawi yang tidak dapat dilakukan oleh sebuah mesin atau teknologi. Jadi, agen asuransi yang ‘dipersenjatai’ dengan teknologi digital diharapkan dapat memberikan kemudahan, kenyamanan, kecepatan, dan ketepatan kepada tertanggung, ditambah dengan sentuhan manusiawi yang tidak dapat dilakukan oleh mesin atau teknologi.
Suatu survei mengenai pengalaman nasabah (customer experience) mengungkap bahwa cukup signifikan nasabah yang menghendaki sentuhan manusiawi (human touch) sekarang ini, di tengah perkembangan teknologi digital yang digunakan dalam kegiatan bisnis. Survei yang dilakukan oleh Pricewaterhouse Coopers (PwC), salah satu kantor akuntan terbesar di dunia, mengungkapkan betapa pentingnya interaksi manusiawi bagi nasabah.
Survei internasional yang dilakukan oleh PwC, yang bertajuk Experience is Everything, dengan responden 15.000 nasabah di 12 negara yaitu Amerika Serikat, Inggris, Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Cina, Kolumbia, Jerman, Jepang, Meksiko, dan Singapura. Dua pertiga dari responden tersebut merasakan bahwa perusahaan-perusahaan telah kehilangan unsur manusiawi dalam berhubungan dengan nasabahnya. Dua pertiga dari para nasabah yang disurvei menginginkan lebih banyak interaksi yang manusiawi di masa datang. Mucharor Djalil
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News