1
1

Ketua Umum APPARINDO Yulius Bhayangkara: Agar Tidak Ada Istilah Harga dari Langit

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo) Yulius Bhayangkara. | Foto: doc

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo) Yulius Bhayangkara mengatakan bahwa secara garis besar, profesi aktuaris memiliki seni tersendiri. Termasuk dianggap sebagai profesi yang menjanjikan untuk saat ini. Untuk lebih lengkapnya, mari kita simak kutipan wawancaranya Yulius Bhayangkara bersama Benjamin D. Hana dari Media Asuransi ini. Berikut kutipannya:

Di PSAK 74 aktuaria menjadi salah satu poin utama. Nah, Apparindo bagaimana menyikapi peraturan tersebut?
Kalau kami kan be half of pialang. Kalau menurut saya, aktuaris itu kan digunakan untuk memastikan cara perhitungannya tepat. Jadi bagi kami sebagai pialang apabila perusahaan asuransi mempunyai cara perhitungan yang tepat dalam menganalisa risiko dan perhitungannya, premi dan segala macamnya itu kita sambut dengan baik.

Sehingga tidak ada istilah kata, tidak ada harga atau angka yang munculnya dari langit, harusnya bisa dihitung. Cuma ada challenge di aktuarianya juga, karena aktuaria kan sebenarnya menghitung berdasarkan data statistik. Nah, isu berikutnya adalah apakah data-datanya sudah cukup karena kalau datanya tidak cukup ya garbage in, garbage out.

Jadi, prosesnya kami setuju, selama prosesnya oke bisa dibuktikan sebenarnya arahnya mau ke sana kan. Jadi, cara perhitungan, cara menganalisa itu scientific ada dengan aktuaria. Jadi tidak ada yang feelingfeeling itu dikecilin lah. Memang data sama scientific itu tergantung data yang diterima, kalau informasinya tidak cukup dan tidak lengkap akhirnya asumsi-asumsi juga masuk.

Dari pandangan Apparindo, apa penyebab sejumlah perusahaan asuransi di Indonesia belum memiliki aktuaris?
Nah, menurut saya itu memang menjadi challenge untuk asuransi. Beberapa asuransi, direksi-direksinya ngomong memang sekarang kita diminta mewajibkan punya aktuaris, dan aktuaris itu ada urutannya ada yang fellow paling tinggi, dan sebagainya. Ternyata aktuaris paling tinggi itu cost-nya lumayan tinggi, gajinya sangat tinggi.

Saya sebagai orang luar bukan sebagai orang asuransi, ya enggak apa-apa cost itu naik selama cost yang naik berdampak langsung dengan produktivitas perusahaan. Ini saya melihatnya sebagai pengusaha, ya.

Kalau ada orang yang kita harus beli lebih mahal, harapannya adalah produktivitas tentunya juga naik. Sehingga, akan bisa menutupi cost-nya. Jadi gini maksudnya, karena tuntutan UU akhirnya cost harus dikeluarkan. Tetapi sebenarnya itu tidak equivalent, tidak berdampak langsung dengan produktivitas perusahaan, sehingga akhirnya berdampaknya pada cost perusahaan.

Apakah ini menjadi profesi menggiurkan dan prospeknya cerah ke depan?
Kalau jobseeker, orang mencari pekerjaan jelas ini menarik sekali. Jadi menurut saya pasti ini untuk jobseeker jelas sangat menarik, prospeknya sangat tinggi karena sangat dibutuhkan sehingga menurut saya orang akan berbondong-bondong.

Memang akhirnya sekali lagi, ini hukum ekonomi tetap ada. Supply dan demand sudah tidak pas, jadi jomplang. Tetapi ketika nanti makin banyak orang pintar masuk ke situ ini ada titik keseimbangan. Kemungkinan menurut saya harganya akan pada saat itu lebih karena nanti kalau memang kekurangan kelebihan akan sama.

Kan ini terjadi pas asuransi umum, kemudian orangorang yang punya sertifikasi itu harganya jelas lebih mahal, makanya punya insentif-insentif khusus yang berbeda dengan temannya.

Kalau pandangan Anda untuk saran atau insight perusahaan asuransi dalam menjaring aktuaris ini, untuk kolaborasinya apakah dengan perguruan tinggi atau lembaga pendidikan seperti apa?
Setahu saya sudah ada, memang sudah ada kerja sama seperti ini. Kesulitannya memang ilmunya kan bukan ilmu yang gampang, ilmu matematika ini. Jadi tidak semua orang mau ke situ, agak beda sama ilmu yang lain.

Memang banyak sekali entry barrier-nya. Jadi, kalau mau, pasti banyak yang mau karena gajinya besar. Tetapi begitu masuk, banyak pra kondisinya yang harus dipenuhi. Nah, itu yang menurut saya ini memang menjadi challenge pada saat ini. Memang saat ini short cutnya adalah asuransi bekerja sama dengan penyedia aktuaris misalnya perguruan tinggi. Atau, ini harus juga dipikirkan saya tidak tahu nih aturannya bagaimana, beli dari luar.

Ini hukum ekonomi, kalau di Indonesia enggak dapat maka cari dari luar. Misalnya dari Singapura. Banyak anak-anak Singapura, siapa tahu bisa.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Ketua Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) Ade Bungsu: Jumlah Aktuaris di Indonesia Masih Mencukupi
Next Post Ketua Umum AASI, Rudy Kamdani: Berharap Semua Asuransi Penuhi Kewajiban Ini Tepat Waktu

Member Login

or