Memiliki hobi olahraga bersepeda merupakan hal yang sangat lumrah. Disamping tidak membutuhkan biaya terlalu mahal, bersepeda dapat dilakukan di lingkungan tempat tinggal. Namun, di saat bersepeda ini menjadi kebiasaan yang diawali dari satu keharusan sebagai sarana terapi untuk menyembuhkan penyakit, menjadikan bersepeda menarik untuk dibahas. Termasuk kisah yang dialami oleh pelaku di perasuransiam ini.
Menghadapi rutinitas pekerjaan yang begitu padat menjadikan seseorang lalai dalam memperhatikan kesehatan. Akibatnya, tanpa disadari tiba-tiba dokter menganjurkan untuk melakukan satu kegiatan rutinitas untuk melawan penyakit yang diderita tersebut. Hal tersebut dialami oleh Direktur Utama PT Caraka Mulia Insurance Brokers & Consultants, Miko S Poetro. Dokternya menyarankan dia untuk rutin olah raga bersepeda sebagai terapi dari sakit vertigo yang dideritanya. Sakit kepala yang dirasakan Miko, menurut dokter disebabkan kurang tidur ataupun sering mengalami stress.
Miko mengisahkan, tahun 2013 dirinya merasakan beberapa kali rasa pusing yang hebat. Awalnya dia mengganggap bahwa itu hanya sakit migrain biasa. Namun pada puncaknya, di ruangan tempatnya bekerja, dirinya ambruk dan jatuh pingsan. Saat itu juga, dia dilarikan ke rumah sakit spesialis saraf, dan harus menjalani rawat inap selama satu minggu. Dokter yang menangani saat itu menyimpulkan ada gangguan oksigen yang tidak tersalur sebagaimana mestinya ke area otak, sehingga oksigen di otak tidak memadai.
Setelah menjalani pengobatan, sang dokter menyarankan untuk merutinkan salah satu jenis olah raga sebagai terapi agar mencapai kesembuhan maksimal. Ada beberapa pilihan antara lain berenang, bersepeda, dan joging. Pria berdarah Surabaya ini pun memilih bersepeda, mengingat olah raga ini memiliki tantangan dan tidak menjenuhkan, menurutnya.
Awal menjalankan anjuran dokter ini, Miko memang merasakan hal yang berbeda. Pasalnya dirinya lebih menyukai sepak bola atau bela diri dan telah berhenti melakoni olah raga ini beberapa tahun lalu. Saat bertanya ke dokter, ternyata dua olah raga tersebut tidak dianjurkan bagi dirinya yang telah menginjak umur kepala empat, karena bukan termasuk olah raga low impact.
Hingga saat ini, sudah 12 tahun lebih Miko menjalani rutinitas bersepeda dan menganggap olah raga ini bukan sebagai terapi lagi, namun lebih kepada hobi. Bahkan, dirinya pernah sangat maniak dengan bersepeda ini dan menjalani bike to work untuk beberapa tahun. Kepada Media Asuransi ia mengatakan, sekalipun dokter memvonis bahwa sakit yang dideritanya sudah sembuh 100 persen, namun dirinya tidak akan meninggalkan olahraga bersepeda ini. “Bersepeda ini telah menyatu dengan saya, selagi mampu saya tidak akan berhenti meninggalkan bersepeda. Sekalipun saat ini saya sudah tidak pernah lagi merasakan sakit kepala (vertigo) ini,” ungkapnya.
Miko mengaku untuk saat ini ratarata sepeda kesayangannya akan digowes sekitar 100 kilometer per bulannya. Hal itu dilakukan saat ada waktu luang atau hari libur. Dengan bersepeda, Miko bersama komunitasnya telah berkeliling Indonesia, bahkan dunia untuk mengikuti beberapa event, seperti Bali Audax, Lombok Audax, dan kegiatan lainnya. Hal ini dilakukan agar tidak jenuh bersepeda di sekitar Jakarta saja.
Mengenai sepeda yang dimiliki, Miko menjelaskan ada dua jenis sepeda yang menjadi kebanggaannya yaitu Mountain Bike (MTB) dan Road Bike. Namun untuk akhir-akhir ini dia mengaku lebih sering menggunakan sepeda road bike. Pasalnya, semakin bertambah usia, sebaiknya yang lebih cocok digunakan adalah sepeda road bike. Di samping risikonya tidak besar, lanjutnya, road bike ini juga lebih mudah dilaku-kan. “Namun begitu bukan berarti tidak ada tantangannya. Saya bersama temanteman di komunitas suka memilih road bike yang jalurnya ada tanjakan dan berliku,” kata pria yang juga aktif dalam komunitas Mercedes Benz W204 Club Indonesia (MBW 204 CI) ini.
Saat ditanya soal biaya yang dikeluarkan untuk hobinya ini, Miko mengatakan sebenarnya bersepeda ini tidak dituntut untuk memilki sepeda yang mahal. Dia sendiri awalnya hanya memiliki sepeda seharga Rp1 juta saja. Dia juga suka mengotak-atik dan gonta-ganti sepeda, dan saat ini ia mengaku memiliki sepeda dengan harga Rp50 juta. “Tergantung dari orangnya, jika puas dengan yang murah juga tidak apa-apa. Sepeda itu juga investasi. Jika suka mereparasi, dan (setelah itu) ada keinginan menjual dengan harga lebih kan bisa saja,” lanjutnya.
Miko juga menjelaskan kelebihan lain dari bersepeda ini bukan saja dari sisi kesehatan saja, namun juga dari sisi membangun relasi dan hubungan silaturrahim. Biasanya kalau ada orang baru dalam komunitas bersepeda, ia akan mudah berbaur dan akrab seperti yang telah lama
bergabung. Saat ini, Miko bergabung dengan beberapa komunitas bersepeda, diantaranya Apache Bike Community. Bersama grup ini dia telah bersepeda hingga ke Belanda, Belgia, Perancis, dan beberapa kali ke Singapura saat ada event gowes dari Singapura ke Johor Malaysia, pulang pergi. Ia juga aktif di komunitas Bike to Work Indonesia (B2W Indonesia). Bersama grup ini, dia beberapa kali menggelar gowes Jakarta-Bandung lewat Jonggol maupun puncak. Selain itu dia juga termasuk pendiri PL Cybro (Pangudi Luhur Cycling Brotherhood), yaitu Group sepeda alumni SMA Pangudi Luhur.
Di samping itu, lanjutnya, dengan bersepeda ini, tidak mustahil ada bisnis yang bisa dijalankan. Sekalipun tidak ada niat sedikitpun untuk berbisnis. “Dari bersepeda ini bisa juga kita berbisnis, namun niat awalnya bukan untuk itu. Berbeda dengan golf. Jadi, sekalipun awalnya untuk terapi, bagi saya sepeda ini banyak sekali manfaatnya,” tandas pria yang sering turing bersama komunitas Vespa Modern ini.
Selain Miko, ternyata ada juga seorang wanita yang telah lama berkecimpung di dunia asuransi yang menjadikan bersepeda ini sebagai bagian dari terapi. Dia adalah Senior Account Officer PT Tugu Pratama Indonesia (TPI) Tafifah Tito. Namun baginya bersepeda adalah hal yang sudah biasa dilakukan semenjak kecil.
Wanita yang biasa dipanggil Ifa ini mengungkapkan, yang berbeda dari hobi bersepeda ini adalah komunitas yang selalu membuatnya bersemangat untuk menggowes. Bahkan dengan bersepeda bersama, Ifa merasa telah “teracuni” dengan kebiasaan tersebut. Sebagaimana halnya Miko, perempuan ini juga telah menjelajahi beberapa tempat untuk mengecap tantangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Bahkan untuk mengungkapkan kegilaannya bersepeda, Ifa menyempatkan diri berfoto meracak sepeda dengan latarbelakang Masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah. Momen tersebut diambil saat dirinya melaksanakan ibadah umroh ke tanah suci beberapa tahun lalu.
Terkait manfaat paling besar yang didapat dari hobi ini, Ifa mengungkapkan, dirinya juga pernah menjadikan bersepeda ini sebagai terapi dari penyakit yang menimpanya. Ia menceritakan beberapa tahun lalu, dirinya sempat diserang penyakit Lupus. Dengan begitu diharuskan rutin mengkonsumsi banyak obat yang diresepkan oleh dokter. Lambat laun ternyata obat tersebut memberikan efek lain, baik itu dari segi tubuh dan juga berpengaruh pada psikologis. Namun, dirinya mengaku dengan bersepeda ini banyak membantu dalam masa penyembuhannya. Selain itu, dengan merutinkan bersepeda ini, dirinya terbebas dari konsumsi obat-obatan hingga dapat berhemat secara finansial hingga puluhan juta rupiah. “Yang harus dijaga dari sakit saya ini adalah stress dan terik matahari langsung. Dengan bersepeda bersama komunitas stress itu bisa diminimalisir, dan teman-teman juga senantiasa mengingatkan jangan terlalu diforsir di bawah terik matahari. Saya merasakan banyak sekali manfaat dari bersepeda ini,” ungkap Ifa pada Media Asuransi beberapa waktu lalu.
Ada hal unik yang menjadi pengalaman bagi Ifa, yakni puterinya menemukan jodoh oleh sebab keaktifannya bersepeda dengan komunitas. Bermula dari pertemuan yang rutin, akhirnya ada kecocokan antara anaknya dengan anak rekan dalam satu komunitas sepeda. “Mungkin ini sudah diatur oleh yang Maha Kuasa. Anak saya mendapatkan jodoh dari rekan saya di komunitas sepeda. Jadi dalam satu momen bersepeda saya bisa berkumpul dengan suami, anak, mantu, dan besan..he..he,” tukasnya.
Sebagaimana Miko, Ifa mengungkapkan rasa syukurnya bisa bergabung dengan komunitas bersepeda yang sangat kompak dan memberikannya semangat dalam mejalankan aktifitas sehari-hari. “Karena bagi saya bersepeda itu memberikan energi dan semangat,” tambahnya.
Menilik dari pengalaman Miko dan Ifa ini dapat disimpulkan bahwa bersepeda bukan saja berbicara tentang hobi dan kesukaan, namum lebih dari itu memiliki manfaat yang beragam. Mulai dari terapi kesehatan, membangun silaturrahmi bersama keluarga dan rekanrekan, hingga bermanfaat dalam urusan bisnis. B. Firman
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News