1
1

Menciptakan Momen Berkesan Saat Menyambut Pergantian Tahun

Masa-masa peralihan tahun, bagi sebagian orang adalah masa untuk meng-up date semangat dalam menyongsong suasana dan harapan baru. Ada hal-hal penting yang terjadi untuk dikenang sebagai pelajaran dari tahun yang akan ditinggalkan, sebagai cerminan diri untuk menjadi insan yang lebih baik pada tahun yang sebentar lagi datang. Makanya tidak heran jika momen pergantian tahun itu menjadi saat-saat yang direncanakan untuk diisi bersama keluarga untuk merayakannya, tak terkecuali bagi eksekutif asuransi.

Menunggu detik-detik pergantian tahun, biasanya para kawula muda berkumpul di pusat-pusat kota. Alunalun, prapatan salah satu sudut kota, jalan-jalan protokol, ataupun pusat keramaian lainnya, menjadi destinasi utama untuk sekadar meniup terompet atau menyaksikan gemerlapan pesta kembang api yang menghiasi langit. Itu dilakukan untuk menyambut pukul 00.00 pada tanggal 1 Januari. Kemeriahan, kegembiraan, dan suka cita berbaur menjadi satu di tengah malam itu.
Fenomena keceriaan tersebut kiranya tidak membuat tergiur Technical Director PT Asuransi Intra Asia Fachri Adnan dalam menyambut tahun baru. Dalam mengisi liburan tahun baru,pria asli Betawi ini mengaku memang menyediakan waktu khusus, namun bersama keluarga.
Kepada Media Asuransi, Fachri mengatakan bahwa dirinya setiap akhir tahun tidak pernah merencanakan untuk bergabung dalam keramaian untuk menyaksikan gebyar pesta kembang api ataupun meniup terompet, namun jika memang kebetulan berjumpa dengan hal tersebut ia juga tidak menampik ikut menikmatinya. “Sekadar menghilangkan rasa penasaran saja,” tukasnya.
Untuk mengisi liburan tahun baru, ayah dua anak ini memang sengaja mengambil cuti tahunan untuk merehatkan pikiran bersama keluarga. Dan yang pastinya dengan mengadakantravelling. Soal daerah tempat tujuannya berlibur, Fachri menggilir tempat antara dalam negeri dan luar negeri, artinya jika tahun ini dengan destinasi domestik maka tahun depan akan mengunjungi tempat wisata luar negeri.
Fachri mengaku dirinya telah merasakan perpindahan tahun baru di beberapa tempat, seperti Dieng dan Bromo. Sedangkan untuk destinasi luar negeri, masih di sekitar Asia Tenggara, seperti Kuala Lumpur, Bangkok, dan Singapura. Untuk tahun ini, Facri telah merencanakan tur akhir tahun ke Korea Selatan. “Rencananya mau ke Korea. Tapi bagaimanapun juga melihat kondisi cuaca dulu. Kalau di sana terlalu dingin, mungkin akan mencari alternatif destinasi lain. Kasihan anak-anak, takut tidak kuat menahan dingin,” ungkapnya.
Fachri memiliki pengalaman menarik saat bersama anak bungsunya yang saat itu masih berusia lima tahun, bertahun baru di negeri orang. Saat di Bangkok tepatnya di Central World Plaza tahun 2014, sekitar 14.00 waktu Bankok istrinya mengajak untuk jalanjalan ke pusat perbelanjaan. Namun dengan alasan malas jalan di tengah hari, Fachri memutuskan tidak ikut istrinya dan tinggal bersama si bungsu di hotel. Sedangkan anak pertamanya berangkat bersama ibunya. Rencananya, sekitar pukul 19.00 waktu setempat mereka akan bertemu di pusat keramaian di tengah kota Bangkok.
Singkat cerita, saat menuju ke tempat yang telah dijanjikan bersama istrinya, Fachri sangat terkejut melihat kumpulan ribuan manusia yang begitu antusiasnya memeriahkan pergantian tahun. Padahal puncak tahun baru masih sekitar lima jam lagi, namun titik kumpul sudah penuh sesak. Di tengah kerumunan itulah dimulai perjuangan seorang suami untuk menepati janji temu bersama istrinya di tempat yang telah direncanakan. Tentunya bersama anak bungsunya. Agar sang anak tidak terlepas dari dirinya, bocah lima tahun itu digendong.
Fachri bersama anaknya terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan. Batinnya mengatakan untuk keluar area terlebih dahulu mencari jalan yang sedikit lapang, dan memutar untuk bisa sampai ke tujuan. Dia lantas berusaha keras untuk memisahkan diri dari kerumunan, berdesakan hingga tidak ada celah bahkan untuk jalan nyamuk sekalipun. Ia merasa tertantang untuk terus meneroboskerumunan masa dan harus bisa melampaui pagar pembatas, agar bisa keluar.
Pada akhirnya rasa kasihan pun menyergap melihat si buah hati yang kadang tergencet di kerumunan masa. Pada saat itu, apapun akan dilakukan. Fachri berteriak pada petugas keamanan yang berada di balik pagar. Ia mengatakan anak ini ingin bertemu ibunya, dan mereka berdua harus keluar dari pagar pembatas. Merespons dari permintaan Fachri, petugas tersebut mengulurkan tangannya mengambil alih penguasaan anak yang masih dalam gendongan si bapak, dan sang anak pun berhasil lolos menyeberang keluar pagar. Namun tanpa sang bapak, ya… untuk sesaat dirinya melongo bagaimana mungkin anaknya berpindah tangan sementara dirinya masih berada dalam kerumunan massa dan dibatasi oleh pagar.
Rasa panik mulai menghantui. Pada akhirnya, tanpa memikirkan keselamatan dirinya, diri, dia nekat memanjat pagar pembatas tersebut, tidak peduli kalaupun itu menyalahi aturan. Ia mengejar dan merebut kembali anaknya yang sempat beberapa saat luput dari gendongannya. Hatinya pun lega dan dengan mudah dapat menuju ke tempat istrinya yang telah menunggu.
Itulah kesan tahun baru yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup Fachri. Tidak terbayangkan baginya, jika anaknya saat itu lepas dari pengawasannya dalam keramaian seperti itu. Dirinya tetap bersyukur, karena tidak terjadi apa yang dia khawatirkan saat itu. Baginya ada hikmah besar yang tersembunyi dalam kejadian tersebut di tengah euforia kegembiraan pergantian tahun.
Namun begitu, bagi dia sendiri, aktivitas tahun baru itu hanya sebatas rutinitas saja bersama keluarga. Adapun nilai-nilai yang dapat dihayati di pergantian tahun itu lebih penting ketimbang seremonial kesenangan semata. Pada intinnya, di tahun baru itu yang lebih penting adalah bagaimana cara mengevaluasi diri terhadap apa yang telah dilakukan pada tahuntahun yang telah lampau. Tentunya itu menjadi patokan utama dalam memperbaiki diri dalam menghadapi tahun-tahun berikutnya.
Dengan mengutip prinsip agama, Fachri mengatakan bahwa sangat merugi orang yang masa depannya tidak lebih baik dari masa lalunya. “Tomorrow must be better than today. Nah, di tahun baru ini saatnya kita me-review kembali apa yang telah kita lakukan, dan mem-planing kembali apa yang akan kita lakukan. Intinya introspeksi diri,” tandasnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Kepala Cabang Bekasi PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1976 (Bumida) Hendra Cahya, dalam memaknai momen tahun baru ini. Baginya tahun baru adalah saat-saat seseorang harus me-review kembali apa yang sudah direncanakan, apa saja yang sudah atau belum tercapai. Baik itu secara pribadi maupun secara kelembagaan atau bisnis.
Terkait rutinitas khusus di tahun baru, pria yang juga sebagai Ketua AAUI Cabang Bekasi tersebut mengaku tidak mengagendakan acara apapun dalam menyambut pergantian tahun. Baik bersama teman-teman sejawat, atapun bersama kolega berbisnis. Biasanya ia melewati detik-detik pergantian tahun itu bersama istri dan anak-anaknya. Soal bentuk acaranya, Hendra mengatakan sifatnya hanya insidentil saja. “Saya tidak pernah merencanakan acara apa yang akan digelar. Setiap tahun berbeda-beda cara mengisinya. Namun yang pasti mengisi hari libur bersama keluarga. Biasanya saya memang sengaja menyisakan jatah cuti sekitar tiga hari setiap akhir tahun untuk bisa bersama keluarga,” ungkap Hendra pada Media Asuransi pertengahan November lalu.
Untuk tahun lalu, Hendra mengadakan perjalanan darat ke Klaten, Jawa Tengah, bersama keluarga. Sembari mudik ke kampung halaman istrinya, Hendra menikmati hari-hari terakhir tahun 2015 dengan berburu kuliner di sekitar daerah sana. Terlebih lagi pasangan ini memiliki
hobi yang sama, yaitu “kulineran”. Selama beberapa hari di Jawa Tengah, pria yang memiliki makanan favorit mie ayam ini sengaja berpetualang ke tiga kota, yakni Klaten, Solo, dan Yogyakarta, khusus mencari tempat terbaik untuk menikmati masakan daerah setempat.
Saat ditanya apa juga pernah bergabung di keramaian kota dengan euforia gebyar pesta kembang api atau dalam bentuk lainnya, Hendra menjawab bahwa untuk sekadar merasakan hal seperti itu memang pernah, tapi tidak dijadikan kebiasaan. Artinya untuk memeriahkan kedatangan tahun baru tidak harus dengan gemerlapan kembang api dan suara terompet. “Makna tahun baru itu sangat luas dan tidak sebatas
waktu sesaat saja,” ujarnya.
Hendra mencoba introspeksi di tahun baru ini, juga mencoba untuk berdialog bersama kedua anaknya, Ali dan Hamzah tentang apa yang akan dicapai di tahun depan. Begitu juga di kantor, dia juga terkadang mengadakan acara khusus bersama karyawan untuk lebih menjalin keakraban. “Kalau untuk keluarga, khususnya anak, saya secara khusus mengajarkan bagaimana membuat planing ke depan. Sedangkan untuk karyawan di perusahaan terkadang mengadakan acara di luar kantor untuk menambah keakraban. Begitu juga dengan mitra kerja,” ungkap Hendra.
Dari kebiasaan dua eksekutif asuransi tersebut, terlihat bahwa momen pergantian tahun dapat dirayakan dengan cara apapun, namun hal yang perlu diingat adalah untuk selalu memetik hikmah yang terkandung dalam setiap kejadian. Bercermin dari tahun sebelumnya untuk menyongsong kebaikan di tahun mendatang. B. Firman

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Hastanto S.M. Widodo: Mulai Tingkatkan Bisnis Di Wilayah Blue Ocean
Next Post HA Yusroni Ibarat: Memasang Kancing Baju

Member Login

or