Rangkaian kegiatan International Monetary Fund-World Bank Group Annual Meetings (IMF-WBG AM) 2018 di Nusa Dua Bali yang berlangsung 9-14 Oktober 2018, dihadiri 36.058 orang peserta (delegasi) baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Sebagian delegasi telah hadir di Bali dari tanggal 7 Oktober dan baru meninggalkan Pulau Dewata pada 15 Oktober. Sebagian lagi, terutama tamu mancanegara, memilih untuk memperpanjang masa tinggalnya di Bali.
Menjadi tantangan tersendiri bagi Panitia Nasional IMF-WBG AM 2018 untuk membuat para delegasi tidak jenuh atau bosan, karena menghadiri pertemuan yang bersifat formal. Untuk itu, sejak jauh-jauh hari sebelumnya, panitia sudah menyiapkan aneka atraksi wisata dan lokasi wisata yang menjadi penyangga kegiatan ini. Selain aneka destinasi wisata yang ada di Bali, setidaknya ada lima destinasi wisata di luar Bali yang dipersiapkan menerima kunjungan delegasi IMF-WBG AM 2018, yakni Lombok, Labuan Bajo, Banyuwangi, dan Danau Toba.
Bagaimana dengan mereka yang jadwalnya padat dan masa kunjungan cukup singkat di acara ini. Tak perlu khawatir, karena ada area dan kegiatan seni budaya di area pertemuan yang disiapkan Indonesia selaku tuan rumah kali ini. Pertama adalah Indonesia Pavilion, berupa ruang pamer utama untuk menampilkan seni-budaya Indonesia yang ada di areal Hotel Westin, Nusa Dua. Lokasinya strategis karena berada di jalur pejalan kaki yang lalu-lalang di dua area utama pertemuan, yakni Hotel Westin/Bali International Convention Center (BICC) dan Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Bangunan semi permanen yang menjadi ruang pamer dengan luas sekitar 2.700 meter persegi, dibuat dari bahan baku kayu dan bambu. Ada dua bangunan, yakni ruang pamer utama yang lebih besar dan satu ruang pamer lebih kecil. Diantara ruang pamer besar dan kecil, ada panggung terbuka tempat beberapa tim kesenian tampil menghibur delegasi.
Selain Indonesia Pavilion di areal Hotel Westin, ada ruang pamer serupa di area BNDCC, namun jauh lebih kecil, yakni Taman Jepun. Di sini juga ada satu panggung tempat beberapa grup kesenian menampilkan karyanya. Media Asuransi sempat dua kali menyambangi Taman Jepun di sore hari, selama dua kali itu di panggung tampil dua grup vocal yang berbeda. Mereka menyanyikan lagu-lagu berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris, menghibur para delegasi yang sibuk berbelanja maupun melihat-lihat barang kerajinan yang dipamerkan di Taman Jepun.
Sore itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengunjungi Taman Jepun. Dia sempat ngobrol dengan beberapa penjaga stand pameran kerajinan, foto bersama mereka, termasuk dengan grup vocal yang untuk sesaat menghentikan aktivitasnya demi bisa foto bersama Perry. Dalam kesempatan ini, Gubernur BI sempat singgah agak lama di stand Tenun Flores ‘Lepo Lorun’ untuk menyaksikan ‘demo’ menenun kain tradisi Flores. Dia mendapat penjelasan, bahwa pewarnaan benang yang akan ditenun menggunakan bahan pewarna alami. Di stand ini pula, dua hari sebelumnya, Managing Director IMF Christine Lagarde mampir agak lama dan sempat melihat-lihat kain tenun maupun proses penenunan.
Salah satu seniman yang tampil di Indonesia Pavilion adalah Ifan Pah (29 tahun), pemain Sasando, alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Timur, tampil dari tanggal 9 – 12 Oktober. Dia siap manggung setiap hari pukul 11.00 17.00 WIT, menurutnya tergantung banyaknya delegasi yang mampir atau lewat. Ifan belajar memainkan Sasando saat kelas enam SD. Kini dia bisa mengiringi aneka lagu, dengan berbagai genre musik, baik lagu daerah, lagu-lagu yang sedang ‘ngetop’ baik di Indonesia maupun luar negeri.
Ifan Pah mengaku sudah beberapa kali tampil dalam event internasional, baik di dalam negeri maupun mancanegara, mengaku senang dilibatkan menjadi salah satu penampil tetap di acara bergengsi ini. Beberapa kali dia memainkan lagu yang diminta oleh delegasi yang singgah sejenak karena tertarik mendengarkan alunan musik yang dimainkannya. “Bahkan Ibu Lagarde, sempat mampir ke sini. Beliau meminta dimainkan lagu Let It Be dari grup The Beatles, dan ikut menyanyikan beberapa bait lagu itu,” kata Ifan dengan mata berbinar, ketika berbincang dengan Media Asuransi, saat jeda memainkan lagu.
Sementara itu di panggung utama Indonesia Pavilion ada jadwal tetap pementasan yang dikemas dengan tema ‘Rediscovering Panji’. Secara umum, waktu pertunjukan tiap hari dari pukul 11.00 – 17.30 WIT, diselingi istirahat selama satu jam. Untuk pentas di jam makan siang, panggung utama biasanya diistirahatkan dan seniman pindah tempat, yakni unjuk kebolehan di tepi kolam renang di Hotel Westin untuk menghibur delegasi saat makan di sekitar kolam renang. Biasanya ada petugas (volunteer) yang menyampaikan informasi mengenai hal itu di dekat pintu masuk Indonesia Pavilion.
Kesenian yang ditampilkan di Indonesia Pavilion, dan juga di tepi kolam renang hotel cukup beragam, mulai dari tarian dari beberapa daerah, musik, sendratari, hingga teater. Dalam satu hari, tampil beberapa kelompok kesenian secara bergantian. Ada yang tampil selama 30 menit, ada pula yang selama satu jam. Para senimannya juga dari berbagai daerah.
Panitia menerbitkan jadwal pertunjukan harian yang dibagikan kepada delegasi di dekat pintu masuk Indonesia Pavilion, sehingga mereka dapat mengetahui jenis kesenian dan siapa yang akan tampil pada hari tertentu di jam tertentu. Sebagian penampil juga membuat sesi dengan melibatkan delegasi yang menonton pertunjukan mereka, seperti yang dilakukan oleh Sanggar Soerya Soemirat yang tampil dengan tarian dari Jawa. Menjelang akhir pertunjukan pada Jumat siang itu, dua penari perempuan turun dari panggung dan mengajak dua penonton untuk menari bersama, dalam tari Tayub atau Ledek.
Terlepas dari keterbatasan durasi maupun area, seni-budaya yang ditampilkan panitia pertemuan, mampu menciptakan nuansa berbeda dari aneka pertemuan di ruang-ruang yang formal. Lumayanlah, dapat mengendorkan urat syaraf para delegasi yang cukup letih mengikuti jadwal kegiatan IMF-WBG AM 2018 karena cukup padat. S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News