1
1

Mengapa Asuransi Perlu Reasuransi?

Buku tantang industri perasuransian. | Foto: doc

Kegiatan perusahaan asuransi sebagai tempat untuk mengalihkan risiko oleh nasabah atau tertanggung (insured) tidaklah berdiri sendiri. Tapi juga perlu dukungan perusahaan reasuransi. Mengapa perusahaan asuransi membutuhkan reasuransi?

Menurut Bahder Munir Sjamsoeddin dalam bukunya Reasuransi: Teori dan Praktek (PT Penerbit IPB Press, Bogor, Cetakan 1, Desember 2022), reasuransi alat berbagi risiko yang khusus digunakan oleh perusahaan asuransi (hal.23). Tentunya timbul pertanyaan mengapa perusahaan asuransi berbagi risiko?

Munir memberikan jawaban dalam bukunya ini. Bahwa, jawaban ringkasnya, karena potensi kerugian (loss exposure) yang harus ditanggung oleh perusahaan asuransi sangat besar, jauh lebih besar daripada kemampuan keuangannya yang tersedia (hal.23).

Lebih lanjut Munir menjelaskan bahwa “asuransi bekerja atas dasar asumsi bahwa probabilitas terjadinya musibah terhadap objek-objek pertanggungan yang berada dalam portofolionya adalah sangat kecil (umumnya portofolio asuransi memiliki tingkat risiko dengan probabilitas dalam ukuran per-seribu). Namun demikian, asumsi tersebut tidak mutlak/selalu benar”.

Beberapa contoh menarik bagaimana satu peristiwa (musibah) mampu memakan korban dan kerugian dalam jumlah sangat besar dikemukakan oleh penulis buku ini, yang pernah menjadi Direktur Utama PT Reasuransi Umum Indonesia (Persero) dan Direktur Utama PT Reasuransi Internasional Indonesia, serta pernah menjadi Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia selama dua periode (1996-2002).

Misalnya, kebakaran tahun 1666 di London, Inggris, telah memusnahkan hampir separuh dari bangunanbangunan di pusat kota tersebut. Atau, tenggelamnya kapal Tampomas 2 pada tahun 1981 telah memakan korban sebanyak kurang lebih 500 penumpang tewas atau hilang. Atau, gempa bumi yang menghantam San Fransisco, Amerika Serikat, pada 1989, telah menghancurkan ribuan bangunan, jembatan, dan jalan raya, yang menyebabkan kerugian mencapai 13 miliar dolar. Bahkan, kebangkrutan banyak underwriter di Lloyd’s of London pada pertengahan 1990-an gara-gara tidak cukup dana untuk membayar klaim dari banyak sekali tertanggungya, yang menjadi korban produk-produk yang terbuat dari asbes.

Buku ini tampaknya cukup lengkap membahas mengenai reasuransi, dengan bahasa yang mudah dipahami, baik oleh mahasiswa maupun praktisi yang bekerja di industri perasuransian.

Beberapa pelaku perasuransian mengatakan bahwa mereka membutuhkan reasuransi untuk mendukung risiko yang ditransfer atau ditempatkan oleh nasabah atau tertanggung kepada perusahaan asuransi. Bahkan, ada seorang eksekutif perusahaan asuransi mengungkapkan bahwa muara atau ujung dari kegiatan asuransi di seluruh dunia bisa dikatakan berada di Lloyd’s of London. Terutama untuk risiko-risiko yang besar, yang tidak mungkin ditaggung sendiri oleh perusahaan asuransi. Dan itu dilakukan melalui kegiatan reasuransi.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pasar Asuransi Kredit Perdagangan Global Diperkirakan Capai US$11,27 Miliar
Next Post Tumbuh Signifikan, Qoala Plus Beri Penghargaan untuk Tenaga Pemasar

Member Login

or