1
1

Menilik Profitabilitas Reasuransi Global

Industri reasuransi global. | Foto: Ist

Kondisi ekonomi global yang berat sepanjang tahun 2022 ternyata sangat memukul industri reasuransi global. Mulai dari efek pandemi Covid-19, tren suku bunga tinggi, kenaikan inflasi, perang RusiaUkraina, hingga bencana alam yang mengakibatkan kerugian besar, telah memicu berlanjutnya siklus hardening market di industri reasuransi global. Alhasil, profitabilitas mayoritas perusahaan reasuransi global, khususnya yang menduduki posisi 20 besar market share mengalami tekanan.

Setidaknya dari sembilan perusahaan reasuransi global yang sudah mempublikasikan laporan keuangan tahun buku 2022, terdapat empat perusahaan reasuransi yang membukukan kerugian, sedangkan tiga perusahaan reasuransi lainnya mencatatkan penurunan profitabilitas.

Adapun dua sisanya berhasil menorehkan pertumbuhan profitabilitas. Keempat perusahaan reasuransi yang membukukan kerugian itu adalah SCOR, Lloyd’s, PartnerRe, dan Renaissance Re. Sepanjang 2022, perusahaan reasuransi level 1 yang berbasis di Paris, SCOR, mencatatkan Gross Written Premiums(GWP) sebesar €19,73 miliar atau naik 4,9 persen dibandingkan dengan pencapaian 2021. Sementara itu, pada bottom line SCOR mencatatkan kerugian sebesar €301 juta dibandingkan dengan net income €456 juta pada 2021. Kerugian SCOR tersebut di antaranya dipicu oleh dampak gabungan klaim nat cat dan klaim kekeringan di Brasil.

Lloyd’s yang notebene bursa asuransi dan reasuransi yang berbasis di London juga mencatatkan kerugian sebelum pajak sebesar £769 juta pada 2022 dibandingkan dengan laba sebelum pajak sebesar £2,28 miliar tahun sebelumnya. Sementara itu, GWP yang dicatatkan Lloyd’s sepanjang 2022 tumbuh dari £39,22 miliar menjadi £46,71 miliar. Sepanjang 2022, Lloyd’s tercatat membayar klaim lebih dari £21 miliar untuk kasus konflik di Ukraina dan Badai Ian di AS. “Melihat ke tahun 2023, Lloyd’s mengharapkan pertumbuhan premi yang kuat menjadi sekitar £56 miliar, rasio gabungan di bawah 95 persen, dan total hasil investasi pada aset lebih dari 3 persen,” kata CEO Lloyd’s, John Neal.

Berikutnya, PartnerRe, perusahaan reasuransi yang berbasis di Bermuda, membukukan kerugian sebesar US$1,07 miliar dibandingkan dengan kinerja 2021 yang untung US$634 juta. Di sisi lain, GWP yang dibukukan naik dari US$8,20 miliar menjadi US$8,69 miliar pada 2022. “Kami meningkatkan basis premi produksi kami (pada 1 Januari 2023) sebesar 9 persen dari level 1 Januari 2022,” jelas President dan CEO PartnerRe, Jacques Bonneau.

Lalu, RenaissanceRe melaporkan pembengkakan kerugian bersih menjadi US$1,1 miliar pada tahun 2022 dibandingkan dengan kerugian 2021 sebesar US$73,4 juta. Untuk pendapatan premi, perusahaan reasuransi yang berkantor pusat di Bermuda itu berhasil mencatatkan GWP sebesar US$9,2 miliar atau tumbuh 21,2 persen dari tahun 2021 sebesar US$7,8 miliar.

Swiss Re, Arch Capital, dan Everest Re adalah tiga perusahaan reasuransi yang mencatatkan penurunan profitabilitas sepanjang 2022. Swiss Re sebagai perusahaan reasuransi terbesar kedua di dunia, membukukan penurunan laba bersih sebesar 67% menjadi US$472 juta dibandingkan dengan realisasi laba 2021 sebesar US$1,4 miliar. Di sisi premi, Swiss Re mencatatkan GWP sebesar US$47,9 miliar pada 2022 dibandingkan dengan capaian 2021 sebesar US$46,7 miliar. Menurut CEO Swiss Re Group, Christian Mumenthaler, penurunan profitabilitas tahun 2022 dipicu oleh dampak perang di Ukraina, kenaikan inflasi, efek pandemi Covid-19, dan besarnya kerugian bencana alam.

Senada, Arch Capital melaporkan penurunan laba bersih sebesar 31 persen dari US$2,1 miliar pada 2021 menjadi US$1,4 miliar pada tahun 2022. Sementara itu, premi bruto tertulis yang dicatatkan pada 2022 mencapai US$15,3 miliar atau naik 23 persen dibandingkan dengan raihan 2021 sebesar US$12,5 miliar.

Selanjutnya, Everest Re yang melaporkan perolehan laba bersih 2022 sebesar US$597 juta atau anjlok 56,7 persen dibandingkan dengan kinerja 2021 sebesar US$1,4 miliar. Selama setahun penuh 2022, premi bruto yang dicatatkan Everest Re sebesar US$14 miliar atau naik 6,9 persen dibandingkan dengan kinerja 2021 dengan GWP sebesar US$13,1 miliar.

Lebih lanjut, dua perusahaan reasuransi yang berhasil membukukan pertumbuhan laba adalah Munich Re dan Hannover Re. Sebagai perusahaan reasuransi terbesar di dunia, Munich Re berhasil mengantongi pertumbuhan laba bersih 2022 sebesar 17,24 persen menjadi US$3,6 miliar dibandingkan 2021 yang hanya US$2,9 miliar. Untuk GWP, Munich Re berhasil mencatatkan angka US$70,8 miliar atau naik 12,7 persen dibandingkan dengan 2021 sebesar US$62,9 miliar. “Munich Re menyerap krisis tahun 2022 dengan baik dan terus tumbuh secara menguntungkan,” ujar CEO Munich Re, Joachim Wenning.

Perusahaan reasuransi lain yang mencatatkan pertumbuhan laba pada 2022 adalah Hannover Re. Perusahaan reasuransi yang berbasis di Jerman itu mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 14,2 persen menjadi €1,41 miliar dibandingkan dengan 2021 sebesar €1,23 miliar. Untuk premi bruto, Hannover Re mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,9 persen menjadi €33,3 miliar dibandingkan dengan 2021 sebesar €27,8 miliar. “Berkat kontribusi laba yang baik dari investasi dan reasuransi jiwa dan kesehatan, kami tetap dapat menghasilkan laba bersih grup yang menggembirakan,” kata CEO Hannover Re, Jean Jacques Henchoz.

Secara umum, pada dasarnya kinerja perusahaan reasuransi global telah berangsur membaik pada kuartal IV/2022. Namun, kerugian besar yang dicatatkan pada tiga kuartal pertama 2022, menyebabkan kinerja komprehensif setahun penuh menjadi kurang menggembirakan.  

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Perhatikan Syarat Naik Kereta Api Mudik Lebaran 2023 Berikut Ini
Next Post Fitch Afirmasi Peringkat LPS AAA Outlook Stabil

Member Login

or