1
1

Mewaspadai Ancaman Bencana Alam Global

Ilustrasi perubahan iklim ekstrim. | Foto: freepick

Meski baru menginjak kuartal pertama 2023, kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana alam global telah mencapai US$63 miliar atau jauh di atas rata-rata baseline selama abad 21 sebesar US$53 miliar. Data Q1 Global Catastrophe Recap yang dikeluarkan oleh perusahaan broker asuransi global, Aon, mencatat bahwa perkiraan kerugian global tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan median US$38 miliar. Angka ini pun diperkirakan berpotensi bertambah seiring dengan dampak perubahan iklim yang kian ekstrem.

Sepanjang tahun 2022, Aon mencatat kerugian ekonomi global akibat bencana alam mencapai lebih dari US$313 miliar yang sebagian besar disumbang oleh badai Ian di AS. Kerugian ekonom tersebut 4 persen di atas rata-rata kerugian ekonomi selama abad 21. Tak heran, tahun 2022 pun menjadi tahun termahal bagi perusahaan asuransi selama 5 tahun terakhir.

Gempa bumi dahsyat di Turki dan Suriah tercatat sebagai kontributor utama kerugian ekonomi global selama kuartal I/2023 dengan nilai sekitar US$39,1 miliar. Nilai kerugian ini diperkirakan masih akan meningkat ke depannya. Kuartal pertama 2023 sekaligus menjadi kuartal paling mahal bagi kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) sejak tahun 1990 ketika badai angin yang merugikan melanda Eropa dan gempa mematikan di Iran.

Dari total kerugian ekonomi global tersebut, nilai kerugian yang ditanggung oleh industri asuransi baik swasta maupun publik mencapai US$15 miliar yang mendekati rata-rata dan median 10 tahun terakhir. Aon memperingatkan bahwa perkembangan potensi kerugian asuransi ini akan meningkat. Bahkan, Aon menyatakan perkembangan kerugian yang kuat dari bencana alam dan bencana cuaca diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang sisa tahun 2023.

Sebagian besar kerugian yang diasuransikan tersebut berasal dari peristiwa bencana di Amerika Serikat sebesar 58 persen dan EMEA sebesar 25 persen. Selain gempa bumi di Turki, kerugian yang diasuransikan lebih dari US$3 miliar juga diperkirakan berasal dari aktivitas badai konvektif di Amerika Serikat pada 1-3 Maret 2023. “Kontributor utama untuk kerugian kuartal I/2023 adalah Selandia Baru dengan kerugian terkait cuaca yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam rentang waktu 4 minggu, termasuk banjir Auckland dan Topan Grabrielle. Estimasi kerugian yang diasuransikan saat ini dari dua peristiwa itu saja mendekati US$2 miliar,” tulis Aon.

Analis senior GlobalData, Shabbir Ansari, memperkirakan kerugian gempa bumi di Turki yang terjadi pada 6 Februari 2023 akan berdampak pada profitabilitas perusahaan asuransi dan reasuransi yang telah menghadapi tekanan inflasi tinggi. Menurutnya, penyelesaian kerugian yang diasuransikan yang diperkirakan lebih dari US$1 miliar tersebut akan memakan waktu bertahun-tahun bagi perusahaan asuransi Turki.

“Karena perusahaan belum pulih dari dampak gempa tahun 2020, gempa baru-baru ini akan berdampak lebih jauh pada profitabilitas perusahaan asuransi properti.
Akibatnya, perusahaan asuransi properti Turki diperkirakan akan mencatat kerugian underwriting pada 2023 dan 2024,” jelasnya.

Lebih lanjut, Aon mencatat dalam perkiraan sebelumnya, PERILS mengeluarkan pernyataan yang mengantisipasi total kerugian pasar, termasuk pembayaran TCIP (The
Turkish Catastrophe Insurance Pool
), sebesar US$3,4 miliar. Pada bulan April, the Insurance Association of Turkiye (TSB) memperkirakan kerugian dari sektor asuransi swasta mencapai US$3,9 miliar.

“Gempa tersebut juga mengubah permainan dalam hal skema asuransi publik yang difasilitasi oleh TCIP, yakni per 11 April, agensi menerima lebih dari laporan 450.000
kerusakan dengan total pembayaran US$880 juta, sejauh ini merupakan pembayaran tertinggi yang pernah tercatat,” tulis Aon.

Dalam Synthesis Report pada Maret 2023, The International Panel on Climate Change (IPCC) menggarisbawahi bahwa dengan berlanjutnya pemanasan global, kerugian dan kerusakan akan cenderung meningkat, serta sistem manusia dan alam akan mencapai batas adaptasi. “Mitigasi yang dalam, cepat, dan berkelanjutan serta percepatan
pelaksanaan tindakan adaptasi dalam dekade ini akan mengurangi kerugian yang diproyeksikan dan kerusakan bagi manusia dan ekosistem,” tulisnya. 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Diprediksi Mixed, AMRT, MAPI, MTEL Jadi Pilihan Ajaib
Next Post Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Perbaikan Data Ekonomi AS

Member Login

or