Di sisi lain, keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,75% dinilai menjadi kenaikan terakhir oleh BI pada siklus pengetatan moneter saat ini.
Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – Policy rate decision: End of rate hike cycle, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memaparkan sesuai ekspektasi, BI menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75%. BI melihat tekanan inflasi ke depan akan terus menurun.
“Dengan tren inflasi dalam beberapa waktu terakhir yang menurun, kami merasa bahwa kenaikan suku bunga kebijakan di bulan Januari ini akan menjadi kenaikan terakhir oleh BI pada siklus pengetatan moneter saat ini.”
|Baca juga: Rencana Obligasi Valas Pemerintah RI Diganjar Peringkat Baa2 oleh Moody’s
Di sisi lain, Rully melihat kondisi likuiditas perbankan mulai menunjukkan pelonggaran pada bulan Januari, dengan kenaikan suku bunga PUAB yang lebih moderat. Pertumbuhan kredit meningkat menjadi 11,2% YoY di bulan Desember (vs 11,2% YoY di bulan November).
Berdasarkan tren pertumbuhan kredit terkini serta didukung oleh ekonomi yang kuat, likuiditas yang cukup, dan kondisi kualitas aset yang baik di industri perbankan, Rully yakin pertumbuhan kredit akan tetap kuat sepanjang tahun ini.
Lebih lanjut, Rully juga mencatat peningkatan aliran modal asing ke pasar surat berharga negara (SBN). Pada 19 Januari, kepemilikan investor asing di obligasi pemerintah Indonesia meningkat menjadi Rp793,5 triliun (vs Rp762,2 triliun di bulan Desember), atau terjadi arus modal masuk sebesar Rp31,6 triliun MTD (US$2,0 miliar MTD).
“Kami melihat tren Rupiah terhadap USD yang lebih stabil serta imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia yang lebih rendah, didukung oleh ketahanan ekonomi Indonesia di tengah risiko resesi global tahun ini dan kenaikan FFR yang lebih moderat ke depan.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News