Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin pagi atau di awal pekan terlihat bergerak di area hijau. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada pembukaan perdagangan terpantau menguat ketimbang penutupan perdagangan di akhir pekan lalu di Rp15.492 per US$.
|Baca juga: Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Raih Dukungan Asuransi Jepang NEXI
IHSG Senin, 26 Agustus 2024, perdagangan pagi dibuka di 7.544 dan tak lama menguat ke 7.575. Posisi tertinggi di 7.608 dan terendah di 7.558. Volume perdagangan pagi tercatat sebanyak 3,1 miliar lembar saham senilai Rp3,5 triliun. Sebanyak 276 saham menguat, 184 saham melemah, dan 179 saham stagnan.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka menguat ke Rp15.340 per US$ dengan year to date return minus 0,51 persen. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp15.307 per US$ hingga Rp15.353 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp15.427 per US$.
Di sisi lain, IHSG ditutup positif dalam sepekan lalu pada akhir perdagangan Jumat, 23 Agustus 2024. Indeks acuan saham Indonesia tercatat menguat sebesar 1,51 persen dalam sepekan terakhir ke level 7.544,3.
|Baca juga: Sentimen Penurunan Suku Bunga Kian Kuat, Berikut Rekomendasi IPOT untuk Trading Minggu Ini
Penguatan ini tertopang dua top gainers yakni IDX INDUST yang menguat 3,92 persen dan IDX CYCLIC yang tumbuh 4,72 persen. Sementara itu dua top losers selama sepekan yang hanya mengalami pelemahan tipis, yakni IDX TECHNO yang melemah 0,88 persen dan IDX BASIC turun 0,21 persen.
Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menegaskan pergerakan pasar pada pekan lalu dipengaruhi tiga sentimen utama, yakni revisi data tenaga kerja AS, kemungkinan penurunan suku bunga The Fed dan suku bunga BI, serta IHSG yang mencatat level tertinggi baru baru.
Sentimen dan rekomendasi saham
Berbicara tentang potensi pasar pada 26-30 Agustus 2024, Angga mengimbau para pedagang untuk memerhatikan dua sentimen ini yakni inflasi PCE AS dan PMI China. Angga menjelaskan inflasi PCE AS semakin mendekati target inflasi The Fed dan nilai di bawah konsensus.
Selanjutnya sentimen PMI China pada Sabtu mendatang, di mana di akhir Juli berada di bawah level ekspansif 50, yaitu di level 49,8. Jika PMI China Agustus berada di atas 50 akan baik untuk Indonesia karena menandakan aktivitas manufaktur China kembali meningkat dan China merupakan pangsa pasar terbesar ekspor Indonesia.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News