Media Asuransi, JAKARTA – Bisnis media digital dan permintaan belanja iklan diperkirakan masih akan tetap kuat sehingga menopang kinerja pendapatan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang merupakan anak usaha dari PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).
Melalui riset Company Update tertanggal 26 Oktober 2021, analis PT Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan menginisiasi saham SCMA dengan peringkat HOLD pada TP 2.200 (6% potensi keuntungan).
Dia memperkirakan permintaan belanja iklan tetap kuat menopang pendapatan SCMA dikarenakan perusahaan-perusahaan perlu untuk tetap menjaga tingkat brand-awareness produk-produknya dikarenakan tingkat persaingan diprediksikan akan lebih ketat seiring pemulihan ekonomi pascaterkendalinya kasus Covid-19 terutama pada industri FMCG.
“Kami juga berpandangan Bisnis Media Digital SCMA berada di jalur pertumbuhan yang positif seiring eksistensinya sebagai akselerator industri digital di Indonesia.”
Namun, pada valuasi saat ini yang sebesar 15,9/14,0x dari rasio EV/EBITDA 21/22F (Rp2.070 per lembar saham) dengan Marjin EBITDA hanya 34,3%, SCMA diperdagangkan pada valuasi yang lebih premium dibandingkan MNCN, yang diperdagangkan pada 4,2/3,9x rasio EV/EBITDA 21/22F dengan Marjin EBITDA lebih superior yaitu 43,3%.
“Kami juga berpendapat Bisnis Media Digital SCMA yang saat ini bertumbuh sebesar 71% yoy lebih inferior dibandingkan Bisnis Media Digital MNCN dengan pertumbuhan 117% yoy.”
|Baca juga: BEDAH SAHAM: Harga Batu Bara Masih Untungkan PTBA
Oleh karena itu, Steven menginisiasi SCMA dengan peringkat HOLD pada Target Harga Saham Rp2.200, mengimplikasikan 16,9/14,9x dari EV/EBITDA 21/22F.
Steven melihat bisnis media digital SCMA saat ini berkontribusi 12% terhadap total pendapatan, meningkat dua kali lipat dari hanya 6% di 4Q19. Ke depan, dia memperkirakan SCMA masih dapat menjaga momentum kuatnya pertumbuhan Bisnis Media Digital karena pertama, nilai ekosistem Bisnis Media Digital Online diestimasikan meningkat menyentuh Rp515 triliun hingga 9 tahun ke depan.
Alasan kedua, potensi pasar yang besar, yaitu 38% dari populasi Indonesia didominasi oleh generasi-Z dan milenial yang lebih menggemari teknologi digital. Dan alasan ketiga, tingkat penetrasi internet Indonesia tergolong masih rendah, hanya 74% dibandingkan Malaysia yang sebesar 84%.
Saat ini, Kapanlagi Youniverse memiliki 100 juta pengguna aktif bulanan dan Vidio sebesar 72 juta pengguna. Dia memproyeksikan Pendapatan 21/22F dari Bisnis Media Digital mencapai Rp735 miliar/Rp810 miliar dari hanya Rp419 miliar pada 2020.
Dari sisi iklan, SCTV dan Indosiar saat ini memiliki total pangsa pasar sebesar 29%. Serial drama & FTV dan kontes musik & infotainment masih menjadi pilar untuk menopang pangsa pasar SCTV dan Indosiar. Keduanya berkontribusi sebesar 86% dari total Pendapatan SCMA, atau turun jika dibandingkan 1Q20 yang masih 94%, disebabkan oleh kenaikan signifikan dari kontribusi Bisnis Media Digitalnya.
“Kami mengestimasikan total pendapatan 21/22F dari pendapatan iklan bertumbuh sebesar 6,5/11% menjadi Rp6,2 triliun/Rp6,8 triliun dari hanya Rp5,7 triliun pada 2020.”
Baru-baru ini, SCMA mengumumkan akan melaksanakan program buyback saham. Perusahaan mengalokasikan Rp200 miliar untuk pembelian kembali sahamnya hingga 12-Nov 2021. Belum ada informasi besaran harga maksimumnya. Dalam RUPSLB terakhir, pemegang saham Perusahaan menyetujui rencana aksi stock-split dengan rasio 1:5.
Lebih lanjut Steven menjelaskan bahwa migrasi siaran ke TV digital untuk memperoleh biaya yang lebih efisien Implementasi UU Cipta Kerja mendorong perusahaan media untuk melakukan migrasi terhadap teknologi siarannya, dari analog ke digital. Pemerintah merencanakan migrasi tersebut dimulai pada April 2022 dan dijadwalkan selesai pada November 2022.
Di satu sisi, Steven memperkirakan akan ada tambahan belanja modal yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur siaran digital, tetapi di sisi lain, dia lebih optimistis adopsi teknologi digital akan memberikan efisiensi operasional dalam jangka panjang. Pemerintah juga mendukung proses migrasi dengan menyediakan Set Top Box (STB) gratis bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
|Baca juga: BEDAH SAHAM: Katalis Pemacu Pertumbuhan Bank Mandiri (BMRI)
“Kami memprediksikan marjin laba operasional 22-23F SCMA dapat meningkat menjadi 30,9% dari hanya 28,6% di 2020.”
SCMA) adalah anak usaha Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). SCTV dan Indosiar adalah stasiun TV Free-to-Air (FTA) nya. Perusahaan juga memiliki Bisnis Media Digital seperti Vidio, Kapanlagi Youniverse (Liputan6, merdeka, bola, dream, brilio, otoasia, fimela, dll) dan Whisper (teknologi digital periklanan).
Saat ini, pangsa pasar pemirsa SCTV dan Indosiar masing-masing mencapai 16% dan 13%, berada di peringkat ke-2 dan ke-3, setelah RCTI sebesar 26%.
Adapun risiko investasi yang perlu dicermati saat berinvestasi di saham SCMA adalah pertama, biaya yang diperlukan untuk migrasi ke siaran TV digital pada 2022-2023F berpotensi dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang kami proyeksikan.
Kedua, permintaan belanja iklan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang kami estimasikan. Ketiga, pertumbuhan pendapatan bisnis media digital dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang kami ekspektasikan. Dan ketiga, ancaman potensial dari agresifnya media digital online lainnya dikarenakan pendapatan perusahaan saat ini masih didominasi oleh bisnis tradisional yaitu TV FTA.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News