Melalui Daily Write Up bertajuk Medikaloka Hermina (HEAL IJ/Not rated) – Normalization due to high base; shortly recovered by new INA-CBG tariff, analis Mirae Sekuritas, Rut Yesika Simak, menjelaskan didirikan pada tahun 1985, PT Medikaloka Hermina (HEAL) telah berkontribusi pada segmen kesehatan ibu dan anak dan berkembang sangat pesat dengan CAGR (1985-2022) masing-masing sebesar 10,8% dan 16,0% untuk jumlah rumah sakit dan tempat tidur.
Rut menerangkan HEAL merupakan salah satu rumah sakit yang lebih awal menerapkan sistem JKN. Menurut dia, perusahaan akan mendapatkan lebih banyak keuntungan dari tarif baru Indonesia Case Based Groups (INA-CBG), yang meningkat c.10%. Sebagai catatan, ini merupakan kenaikan pertama tarif INA-CBG sejak tahun 2016.
|Baca juga: Peringkat Medikaloka Hermina (HEAL) Direvisi Jadi idAA Outlook Stabil
Sementara dari sisi profitabilitas, Rut melihat bahwa HEAL secara umum mengalami pertumbuhan dua digit baik untuk top maupun bottom line. “Kami percaya bahwa HEAL dapat melanjutkan pertumbuhan ROE yang didukung oleh jaringan rumah sakit yang kuat, model bisnis ‘kemitraan dokter’ yang kuat, dan perluasan Center of Excellence (CoE), ke depannya,” jelasnya.
Rut menyukai HEAL karena perkembangan secara gradual dari rantai rumah sakit baik secara greenfield atau brownfield. Dia yakin, ke depan, HEAL akan menambah rekam jejak keberhasilannya dalam hal scalable hospitals.
Pada 3Q22, Rut mengungkapkan garis atas dan bawah HEAL turun menjadi Rp1,26 triliun (-17,4% yoy, +11,1% qoq) dan Rp81 miliar (-64,5% yoy, +52,7% qoq), membawa kinerja 9M22 menjadi Rp3,59 triliun (-22,4% yoy) dan Rp246 miliar (-68,2% yoy), masing-masing. Selain itu, menurut Rut, penurunan top line dan bottom line dari HEAL disebabkan oleh basis yang tinggi akibat memuncaknya varian Delta Covid-19 pada tahun 2021.
Saat ini, Rut menjelaskan HEAL diperdagangkan pada forward EV/EBITDA sebesar 15,6x (+0,95 SD dari rata-rata forward EV/EBITDA 5 tahun). Rut percaya HEAL layak mendapat penilaian berganda yang lebih tinggi berdasarkan kinerja keuangannya, yang juga tercermin dalam peningkatan RoE-nya.
“Risiko investasi meliputi: 1) peraturan terkait JKN yang tidak menguntungkan; 2) pemulihan lalu lintas pasien yang lebih lambat dari perkiraan; dan 3) meningkatnya persaingan untuk akuisisi talent,” jelasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News