Media Asuransi, JAKARTA – Aksi korporasi pemecahan nilai saham atau stock split pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dinilai tidak memiliki korelasi dengan fundamental sehingga tidak menjadi satu-satunya faktor pemicu kenaikan harga saham BBCA.
Melalui riset bertajuk Flash Focus – BBCA: A long-awaited BBCA’s stock split, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo menjelaskan bahwa setelah lebih dari satu dekade, Bank Central Asia (BBCA) akhirnya memulai hari perdagangan pertamanya setelah pemecahan saham 1:5 kemarin.
“Investor menyambut baik langkah ini, dengan saham membukukan capital gain 2,7%, ditutup pada Rp7.525 per saham,” tulisnya.
|Baca juga: Saham BBCA Teraktif, Market Cap Jadi Terbesar
Sebelum itu, dia melihat net buy investor asing besar-besaran setelah pengumuman stock split (30 Juli 2021). Sebelum pengumuman tersebut, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp1,17 miliar sejak Januari 2021.
Namun setelah stock split diumumkan, investor asing membukukan net buy sebesar Rp7,81 miliar, menghasilkan net buy YTD sebesar Rp6,64 miliar.
“Sementara stock split tidak memiliki korelasi dengan fundamental, kami melihat bahwa pemulihan laba secara bertahap sedang berlangsung di sektor perbankan, termasuk BBCA, untuk sisa tahun 2021 dan seterusnya.”
Selain stock split, menurut Handiman, fundamental yang membaik adalah alasan utama di balik reli harga saham dalam beberapa bulan terakhir.
BBCA saat ini diperdagangkan pada PBV FY2022F sebesar 4.49x. “Kami akan meninjau estimasi kami di BBCA setelah pengumuman kinerja pada 21 Oktober. Rekomendasi terakhir kami di BBCA adalah Hold dengan target harga Rp7,370 (disesuaikan stock split).”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News