Media Asuransi, JAKARTA – Kinerja laba bersih PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diperkirakan akan turun sebesar 2,5%-6,3% akibat penerapan kebijakan pajak ekspor pada beberapa produk nikel.
Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia Company Update bertajuk Aneka Tambang (ANTM) – Earnings below estimate due to higher opex, analis Mirae Sekuritas, Juan Harahap, menjelaskan bahwa ANTM mencatat peningkatan produksi bijih nikel sebesar 11.0 juta wmt (+131% yoy). Sejalan dengan produksi, perseroan juga mencatat kenaikan penjualan bijih nikel sebesar 7.6 juta wmt (+132% yoy).
Hal ini didorong oleh pertumbuhan yang kuat dari permintaan domestik seiring dengan berkembangnya industri pengolahan nikel dalam negeri. Untuk feronikel, baik produksi maupun volume penjualan ANTM tetap datar pada tahun 2021 dengan angka produksi sebesar 25,818 TNi (-0.67% yoy), sesuai dengan perkiraan kami sebesar 26.000 TNi, serta volume penjualan sebesar 25,992 TNi (0.7% yoy).
“Oleh karena itu, kami memperkirakan pendapatan FY21F dan laba bersih ANTM masing-masing mencapai Rp37.5 triliun dan Rp2.4 triliun, atau 13.3% dan 4.3% lebih tinggi dari konsensus.”
|Baca juga: Antam & Inalum Kolaborasi Bangun Smelter Grade Alumina Refinery
Untuk tahun 2022, Juan memperkirakan pendapatan ANTM akan mencapai Rp40 triliun (+6.2% yoy) didukung oleh: 1) penjualan bijih nikel dan emas yang lebih tinggi; dikombinasikan dengan 2) harga nikel dunia yang lebih tinggi. Kami juga mencatat bahwa ada potensi pendapatan tambahan dari segmen feronikel.
Saat ini, ANTM mengharapkan tambahan volume produksi feronikel yang berasal dari smelter Halmahera Timur yang diharapkan selesai pada tahun 2022. “Karena kami masih memantau kemajuan proyek, kami masih mengecualikan potensi pendapatan dari perkiraan kami.”
Juan menjelaskan pemerintah sedang mengkaji kebijakan pajak ekspor pada beberapa produk nikel sebagai bagian dari strategi untuk beralih ke produk hilir. Dia juga mengharapkan pungutan progresif pada nikel pig iron dan feronikel yang dapat dikenakan pada 2022F.
Dengan asumsi pungutan 2%-5% dikenakan atas penjualan feronikel ANTM, kami memperkirakan laba bersih ANTM akan turun sebesar 2.5%-6.3%. “Kami masih menunggu peraturan pemerintah untuk memasukkan pungutan progresif ini dalam perkiraan kami.”
Lebih lanjut, Juan tetap mempertahankan rekomendasi Beli kami di ANTM dengan target harga tidak berubah di Rp3,200. “TP kami didapat menggunakan metode campuran yaitu metode penilaian EV/EBITDA FY22F EV/EBITDA 15.2x (+0.5x std deviasi dari 4 tahun) dan metode penilaian FCFE (biaya ekuitas: 14.4%; terminal growth; 4%).”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News