Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia on Garuda Indonesia (GIAA IJ/Not rated) – Where will the flag carrier fly next?, analis Mirae Sekuritas, Rizkia Darmawan, mengatakan bahwa dengan berakhirnya skema restrukturisasi utang (PKPU) GIAA yang telah berlalu, GIAA bertujuan untuk memaksimalkan kinerjanya dengan struktur biaya yang adaptif.
|Baca juga: Garuda Indonesia (GIAA) Rampungkan Proses Restrukturisasi
“GIAA akan fokus pada 1) penyesuaian tarif sewa pesawat, 2) optimalisasi jaringan rute penerbangan, 3) optimalisasi komposisi armada, 4) sewa dengan skema power by hour leasing term, 5) Optimalisasi revenue dari cargo dan ancillary,” jelasnya.
Sementara itu, jelas Rizkia, data operasional GIAA saat ini yang menunjukkan pergeseran keseluruhan menuju penerbangan domestik dan pengoptimalan kargo relatif sejalan dengan panduan manajemen. Baik SLF dan CLF sudah mendekati tingkat prapandemi sebesar 72,5% dan 43,4% per tahun (vs. masing-masing 73%-75% dan 35%-50%).
Hingga kuartal III/2022, Rizkia memaparkan pendapatan GIAA tumbuh sebesar 18,6% qoq, 158,9% yoy menjadi US$627 juta, menjadikan pendapatan kumulatif 9M22 menjadi US$1,5 miliar (+60,3% yoy). Dari sisi biaya, data 11M22 sudah menunjukkan beberapa perbaikan sesuai dengan strategi perusahaan, yaitu biaya sewa pesawat terhadap pendapatan sudah turun menjadi 9% dari 27%.
“Kami pikir 2023 akan menjadi tantangan bagi maskapai penerbangan untuk mencerminkan strategi bisnisnya di atas kertas. Meskipun kami memperkirakan GIAA tidak akan menguntungkan secara operasional pada tahun 2023, kami percaya bahwa suntikan modal memberikan landasan yang kokoh bagi perusahaan untuk fokus pada peningkatan operasinya lebih lanjut,” katanya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News