Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama mencatat sepanjang pekan lalu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak sideways ditutup ke level 7.082 dengan pertumbuhan sedikit menurun sebesar -0,10%.
Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update Infovesta, pergerakan IHSG yang volatilitas itu dikarenakan adanya sentimen dari domestik yaitu rilis data Neraca Perdagangan Indonesia surplus tercatat USD5,67 miliar pada Oktober 2022 vs USD4,99 miliar pada September 2022. Surplusnya Neraca Perdagangan Indonesia itu, didorong kinerja ekspor yang meningkat menjadi USD24,81 miliar. Sedangkan kinerja impor menurun menjadi USD19,13 miliar.
|Baca juga: 4 Saham Pilihan Menu Trading Hari Ini 23 November 2022
Dari global, rilis data Produksi Manufaktur tahunan Amerika serikat turun ke level 2,4%. Penurunan ini sejalan dengan penurunan kontribusi ekspor menjadi 6,9% dan Penjualan Ritel AS menurun menjadi 8,3% pada Oktober 2022. Sedangkan dari Zona Eropa rilis data inflasi tahunan meningkat sebesar 10,6%. Peningkatan itu merupakan rekor tertinggi dan jauh di atas target Bank Sentral Eropa sebesar 2,0%. Peningkatan itu terutama berasal dari harga energi yang meningkat.
Dari Pasar Obligasi, yield obligasi Indonesia 10 tahun ditutup mixed ke level 7,14%. Penguatan itu dikarenakan adanya keputusan dewan gubernur Indonesia meningkatkan suku bunga sebesar 50 BPS menjadi 5,25% pada Oktober 2022 dan sesuai dengan ekspektasi pasar.
Sedangkan dari Amerika Serikat, pejabat The Fed memberikan pernyataan hawkish. Namun, adanya rilis data Indeks Harga Produsen (IHP) menurun menjadi 0,2% pada Oktober 2022. Hal itu, menjadi katalis positif untuk pasar obligasi.
Di sisi lain, pelaku pasar mengekspektasikan kenaikan suku bunga sebesar 50 BPS yang lebih moderat pada akhir tahun. Melihat kondisi pasar sepekan yang lalu, investor bisa memanfaatkan untuk berinvestasi pada pasar saham terutama pada saham di sektor energi menjelang musim dingin dan sektor barang konsumen menjelang hari besar di akhir tahun.
Sementara itu, pada pasar obligasi, investor diharapkan wait and see karena The Fed masih mengambil sikap hawkish dalam memberikan kebijakan moneternya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News