Media Asuransi, JAKARTA – Proses bisnis di perusahaan investasi hingga administrasi di Bursa Efek Indonesia mengalami perubahan seiring kemajuan teknologi. Banyak proses manual dan konvensional berubah menjadi digital. Bahkan kini penggunaan Artificial Intelligence atau Akal Imitasi di pasar modal sudah mulai digunakan
Proses pembelian reksa dana contohnya, sekarang tidak perlu lagi melalui proses tatap muka dan tanda tangan basah. Chief of Operating Officer PT Bareksa Portal Investasi, Ni Putu Kurniasari Ni Putu menceritakan Bareksa adalah pionir Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) memasarkan reksa dana secara digital. Pasalnya, saat itu tahun 2016 OJK masih mewajibkan tatap muka dan tanda tangan basah untuk penjualan reksa dana melalui APERD.
|Baca juga: IHSG Terkoreksi Tipis di Akhir Pekan
“Pada 2016, kami memperoleh izin resmi sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dari OJK melalui keputusan KEP-6/D.04/2016. Saat itu memang regulasi masih mewajibkan tatap muka dan tanda tangan basah, namun OJK memberi ruang inovasi bagi Bareksa untuk mengembangkan model distribusi digital dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian, perlindungan investor, serta kepatuhan regulasi,” urainya kepada Media Asuransi, awal November ini.
Bareksa berizin resmi sebagai APERD dari OJK dan menjalankan kegiatan sebagai perusahaan fintech investasi. Jadi, posisi Bareksa adalah fintech yang memiliki izin distribusi reksa dana langsung dari OJK, sekaligus mitra distribusi pemerintah untuk SBN ritel.
Ni Putu menjelaskan seluruh proses bisnis Bareksa telah berbasis digital, mulai dari pembukaan rekening, verifi kasi identitas, pembelian, penjualan, pemantauan portofolio, hingga layanan pelanggan. Investor tidak lagi membutuhkan tanda tangan basah, semua dapat dilakukan melalui aplikasi Bareksa di ponsel, secara cepat, aman, dan nyaman.
Bareksa juga memiliki Robo Advisor yang memiliki izin sebagai penasihat investasi. Robo ini dirancang untuk membantu nasabah membangun portofolio terdiversifikasi sesuai profil risiko mereka.
“Dengan dukungan tim investasi Bareksa, sistem Robo Advisor memberikan rekomendasi produk berdasarkan target imbal hasil, rentang alokasi aset, batasan risiko, dan pilihan produk yang memenuhi kriteria kinerja, tata kelola, dan dana kelolaan minimum. Tak hanya itu, Tim Analis Bareksa juga memberikan penilaian internal berdasarkan kondisi pasar terkini,” imbuhnya.
Robo Advisor Bareksa telah mendapat izin dari OJK sebagai Penasihat Investasi. Saat ini Bareksa belum mengenakan biaya atas penggunaan robo advisor.
Digitalisasi di Regulator
Tak hanya pelaku pasar, regulator pasar modal juga telah berubah wajah menjadi serba digital. Proses submit keterbukaan informasi emiten, pendaftaran Initial Public Offering, hingga kehadiran pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kini diakomodir secara digital.
|Baca juga: KSEI Catat Jumlah Investor Pasar Modal Capai 17,59 Juta hingga Agustus 2025
Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat memaparkan dukungan infrastruktur juga menopang kinerja pasar saham Indonesia. Ia mencontohkan investor sekarang bisa hadir tanpa kehadiran fisik saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) karena dukungan infrastruktur dari KSEI.
Ia menyebutkan 40,6 persen investor pasar modal Indonesia menghadiri RUPS secara online (daring) pada bulan Juni 2025. Investor juga dapat memberikan kuasa secara elektronik melalui modul e-Proxy pada eASY.KSEI.
“Terdapat 5.674 investor yang menggunakan eASY.KSEI untuk memberikan kuasa secara daring sehingga kehadirannya pada RUPS dapat diwakilkan,” ungkapnya.
Selain itu, eASY.KSEI juga memfasilitasi investor untuk memberikan suara secara elektronik melalui modul e-Voting pada eASY.KSEI.
Melalui e-Voting, investor dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat RUPS berlangsung tanpa harus hadir di lokasi. Keuntungan dari fitur ini adalah pemungutan suara dilakukan secara real-time, sehingga hasil voting dapat langsung diketahui.
Menurut Samsul, platform eASY.KSEI awalnya dikembangkan sebagai solusi bagi investor yang ingin hadir RUPS pada masa pandemi COVID-19. Namun, aplikasi itu akhirnya juga mendukung kondisi demografi serta karakteristik investor pasar modal Indonesia.
Samsul menyebutkan profil investor pasar modal Indonesia yang didominasi oleh generasi Z dan milenial muda sesuai dengan fasilitas yang diberikan ini.
Hal itu tercermin melalui kemudahan mengakses eASY.KSEI melalui website fasilitas Acuan Kepemilikan Sekuritas atau AKSes.KSEI (https://akses.ksei.co.id), dengan menggunakan username dan password yang telah dimiliki.

Proses e-IPO di Bursa Efek Indonesia (bahan materi presentasi Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI 2018-2021 Fithri Hadi)
Penggunaan Artificial Intelligence
Kini pasar modal bertambah selangkah lebih maju dengan penggunaan artificial intelligence (AI). Bareksa memandang AI sebagai teknologi kunci di industri pasar modal dan financial technology (fintech). AI membuka peluang personalisasi layanan, efisiensi operasional, serta pengambilan keputusan berbasis data yang lebih presisi.
“Bagi Bareksa, penerapan AI membawa manfaat besar, memudahkan nasabah, meningkatkan akurasi rekomendasi investasi, dan menambah efisiensi,” papar Ni Putu.
|Baca juga: Eastprings Indonesia Gandeng Bareksa, Meluncurkan Reksa Dana Syariah
PT Bareka Portal Investasi baru akan mengembangkan AI dalam layanan digitalnya. Ni Putu Kurniasari mengatakan saat ini Bareksa masih dalam tahap pengembangan penggunaan AI untuk mendukung layanan penjualan dan pengelolaan data nasabah.
“Fokus kami adalah memastikan implementasi AI benar-benar memberi nilai tambah bagi investor, baik dalam bentuk rekomendasi produk yang lebih relevan maupun pengalaman layanan yang lebih personal,” ujarnya kepada Irdiya Setiawan dari Media Asuransi.
Salah satu penerapan AI di Bareksa adalah dengan mengintegrasikannya dengan Robo Advisor yang telah lama digunakan nasabah Bareksa. Saat ini Robo Advisor Bareksa masih terus dikembangkan lebih lanjut dengan integrasi teknologi AI agar semakin cerdas dan adaptif.
“Jadi, penerapan AI di Bareksa akan dilakukan secara bertahap dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian, keamanan, serta kepatuhan terhadap regulasi OJK,” lanjutnya.
Direktur Utama Recapital Asset Management Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa mengatakan penggunaan AI sudah cukup masif. Di perusahaan manajemen investasi, AI digunakan untuk membantu mengambil keputusan investasi. Fund manager sangat terbantu dalam menganalisa laporan keuangan dan juga analisis teknikal walaupun keputusan tetap ada di tangan fund manager.
“Titik momentum saham apakah sudah dalam kondisi oversold atau overbought juga bisa diketahui dengan penggunaan AI,” jelasnya beberapa waktu lalu.
Di bidang sales, ada AI Agent juga membantu sales, bisa membaca kebutuhan calon nasabah dengan berbasiskan data-data nasabah yang diperoleh dari chatbot. AI pun memberi advice produk yang sesuai dengan calon nasabah.
Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto mengatakan tim pengelola investasi di kantornya menggunakan AI untuk menganalisa laporan keuangan berkelanjutan dalam menghasilkan Enviromental, Social and Governance (ESG) scoring, guna menghemat waktu.
“Nah, dokumen yang puluhan ratusan halaman itu per satu perusahaan, dikalikan dengan 30-40 perusahaan, bisa diselesaikan dalam waktu satu hari. Kalau dulu, kita mungkin harus berhari-hari,” ungkap Rudiyanto kepada Media Asuransi.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
