1
1

Ditetapkan sebagai ETD, Manajemen Nusantara Sawit (NSSS) Protes ke BEI dan KPEI

Emiten perkebunan sawit PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS). | Foto: nssgroup.id

Media Asuransi, JAKARTA – Manajemen PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) sangat menyesalkan penetapan saham NSSS sebagai Efek Tidak Dijamin (ETD) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) untuk bulan Desember 2024.

Kebijakan ini, menurut manajemen NSSS, sangat berdampak terhadap kepercayaan investor dan sangat merugikan khususnya bagi investor retail. “Penetapan saham NSSS sebagai Efek Tidak Dijamin (ETD) oleh BEI dan KPEI ini di luar kendali NSSS dan juga tidak berkaitan dengan kinerja NSSS yang tetap solid secara operasional,” tulis manajemen NSSS dalam keterbukaan informasi publik dikutip, Senin, 16 Desember 2024.

|Baca juga: Jhonlin Agro Raya (JARR) Raih Kredit Investasi Rp1,4 Triliun dari Bank Mandiri

Lebih lanjut, manajemen melaporkan kinerja 9 bulan pertama di tahun 2024 yang membukukan kinerja yang solid dengan pertumbuhan triple-digit baik secara kuartalan maupun tahunan, hal ini terutama didorong oleh kenaikan harga jual CPO yang menjadi IDR 12.609/kg (+3,0% QoQ, +19,3% YoY).

EBITDA margin juga mengalami pertumbuhan sebesar +57.1% yang didorong oleh penurunan biaya pemupukan dan pemeliharaan tanaman menjadi Rp116 miliar (-19,5% YoY). Di sisi lain, volume produksi CPO NSSS di 3Q24 mencapai 28.394 ton (+20,1% QoQ, +12,4% YoY), didukung oleh pabrik kedua NSSS yang mulai beroperasi di Desember 2023. Hal ini membuat penjualan CPO di 9 bulan 2024 mencapai 27.007 ton atau naik +27,4% YoY.

Penambahan pabrik kedua ini diharapkan akan menaikkan secara signifikan rata-rata utilitas kapasitas produksi untuk CPO dan palm kernel oil dari 60% menjadi 80% di 2025. Hal ini akan semakin mendorong pertumbuhan laba bersih NSSS ke depannya. NSSS juga memperkirakan kinerja yang lebih solid lagi di kuartal IV/2024, dengan perkiraan supply yang ketat di Indonesia karena rencana implementasi B40 di Januari 2025 and B50 di 2026.

|Baca juga: Surat Utang Sinar Mas Agro (SMAR) Rp166,5 Miliar Segera Jatuh Tempo

Sektor CPO yang merupakan sektor andalan Indonesia yang seringkali mendapatkan kampanye negatif dari pihak luar (investor asing), sehingga belakangan ini, sektor CPO lebih mengandalkan investor lokal. Namun dengan adanya kebijakan sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, akan sangat merugikan dan tidak mendukung sektor unggulan sawit secara keseluruhan.

Pada sisi lain, NSSS juga ingin memberikan klarifikasi terkait beberapa pemberitaan tentang penjualan saham oleh pemegang saham utama NSSS. Perlu diinformasikan bahwa transaksi tersebut lebih bersifat restrukturisasi kepemilikan yang berkaitan dengan rencana IPO dari Perusahaan induk dari Samuel Group. Untuk diketahui, bahwa PT Mitra Agro Dharma Unggul (MADU) dan NSSS dimiliki mayoritas oleh Samuel Group.

Sebagai bagian dari restrukturisasi tersebut, terjadi beberapa transaksi perpindahan kepemilikan MADU di NSSS kepada PT Samuel Tumbuh Bersama (STB), perusahaan induk dari Samuel Grup. Transfer ini tidak mengakibatkan perubahan apapun pada pemegang saham pengendali NSSS. Langkah ini sejalan dengan strategi Samuel Grup untuk memposisikan STB sebagai unit investasi utama dalam grup.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post MD Entertainment (FILM) Akuisisi White Tiger Studios
Next Post Nusa Konstruksi Enjiniring (DGIK) Targetkan Kontrak Baru 2025 Naik 25%

Member Login

or