Media Asuransi, JAKARTA – Perang Rusia VS Ukraina membuat tensi geopolitik global memanas dan dikhawatirkan memberikan dampak ke sektor finansial, khususnya investasi reksa dana. Namun, khusus reksa dana kelas aset berisiko, dinilai masih tetap prospektif ke depannya.
Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama menerangkan bahwa selama beberapa pekan ini dunia digemparkan dengan tensi geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina.
Pada Kamis pekan lalu, Presiden Rusia mengambil langkah melancarkan agresi militernya ke Ukraina. Invasi tersebut dikecam oleh sejumlah negara dengan menjatuhkan sanksi berupa tekanan untuk melumpuhkan ekonomi dan keuangan Rusia, seperti larangan ekspor besar-besaran, pembatasan akses ke teknologi militer, hingga negara barat yang sepakat mengeluarkan Rusia dari sistem pembayaran global dan menerapkan langkah-langkah untuk menghambat industri minyak dan gasnya untuk memaksa Rusia menghentikan agresi militer dan memulai kembali dialog diplomatik dengan Ukraina.
|Baca juga: Ini Dia Top 5 Reksa Dana Return Tertinggi MOM 18 Februari 2022
Serangan militer yang dilancarkan tersebut diperkirakan dapat menghambat kembali pasokan dan rantai pasokannya, sehingga berpotensi mengangkat harga komoditas energi bergerak lebih tinggi. Hal tersebut tentunya memberikan efek domino bagi Indonesia.
Di satu sisi, kenaikan harga komoditas menguntungkan domestik dan mengerek kembali surplus neraca dagang yang sebelumnya mulai mengalami kenaikan terbatas. Di sisi lain, dengan kenaikan harga minyak mentah dunia mendorong lonjakan harga dalam negeri sebagai negara pengimpor minyak dan LPG. Hal ini tentunya memberikan kekhawatiran terhadap outlook inflasi dan memicu bank sentral lebih agresif dalam kebijakan moneternya.
Risiko geopolitik tersebut memang cukup menekan reksa dana kelas aset berisiko yang berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham dan campuran. “Namun, kami memandang reksa dana dengan kelas aset berisiko tetap akan lebih perform ke depannya mengingat dampaknya yang cenderung menguntungkan dalam negeri, outlook inflasi yang diperkirakan meningkat dan menekan kelas aset pendapatan tetap,” tulisnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News