Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini masih berpotensi melemah karena ekspektasi pengetatan moneter AS yang agresif masih tinggi di pasar.
Pengamat pasar keuangan dan komoditas, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa rupiah mungkin masih bisa tertekan terhadap dolar AS karena ekspektasi pengetatan moneter AS yang agresif masih tinggi di pasar.
“Semalam dalam suatu wawancara, Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell , menegaskan lagi niat Bank Sentral untuk mengendalikan inflasi dengan melakukan pengetatan moneter yang lebih agresif. Powell juga mengatakan bahwa di bulan Juni dan Juli, suku bunga akan dinaikkan lagi sebesar masing-masing 50 basis poin,” katanya kepada Media Asuransi, Jumat 13 Mei 2022.
|Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Masih Berpotensi Tertekan terhadap Dolar AS
Dia menjelaskan, kondisi tenaga kerja AS saat ini juga mendukung kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif. Semalam data klaim tunjangan pengangguran AS mingguan selama 4 minggu masih menunjukkan penurunan jumlah klaim yang artinya kondisi tenaga kerja cukup sehat sehingga kebijakan pengetatan moneter tidak menekan turun lapangan pekerjaan.
Pascapernyataan Powell ini, jelas Ariston, indeks dolar AS terlihat menguat ke level tertinggi sejak Desember 2002 di kisaran 104.92.
Di sisi lain, sentimen terhadap aset berisiko terlihat positif pagi ini. Indeks saham Asia rata-rata dibuka menguat. Kelihatannya pasar mengambil kesempatan untuk membeli di level rendah. Ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah.
“Hari ini, Rupiah berpotensi melemah ke kisaran Rp14.650 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp14.550 per dolar AS.”
Sementara itu pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot ditransaksikan melemah 0,30% ke level Rp14.598 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah 0,27% ke level Rp14.585 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News