1
1

Emas Global Tembus Rekor, Saham Sektor Tambang Berpeluang Bikin Kamu Ketiban ‘Durian Runtuh’!

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Harga emas global mencapai rekor tertinggi US$3.595 per troy ounce, dipicu ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat (AS) yang memberikan angin segar bagi sektor pertambangan emas Indonesia.

Kondisi ini membawa implikasi positif bagi pasar domestik, dengan potensi masuknya aliran modal ke Indonesia. Sektor emas dan saham-saham intensif modal menjadi sorotan karena diperkirakan mendapat keuntungan dari penurunan suku bunga.

|Baca juga: Investor Asal Korea Selatan Lepas Seluruh Kepemilikan Saham di Bank KB Indonesia, Ada Apa?

|Baca juga: Prediksi IHSG dan 4 Rekomendasi Saham Berpeluang Cuan di Awal Pekan

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi menegaskan dengan mempertimbangkan keseimbangan faktor domestik dan eksternal, secara teknikal diproyeksikan pergerakan IHSG pekan ini akan bergerak bervariasi cenderung menguat dengan range support di 7.680 dan resistance 8.000.

“Katalis utama datang dari ekspektasi pelonggaran moneter The Fed, ditopang inflasi domestik yang terkendali dan momentum perbaikan sektor manufaktur,” kata Imam, dikutip dari risetnya, Senin, 8 September 2025.

Penguatan pekan ini terjadi setelah ada tekanan terhadap IHSG pada pekan lalu yang lebih banyak dipicu faktor politik domestik, tercermin dari koreksi intraday lebih dari 3,5 persen di awal pekan disertai outflow asing >Rp2 triliun. Namun demikian, fundamental makro domestik pada pekan lalu relatif solid.

Inflasi Agustus tercatat 2,31 persen yoy, masih inline dengan target BI (2,5 persen ± Satu persen), menandakan daya beli tetap terjaga. Di sisi lain, PMI Manufaktur kembali ke area ekspansif (51,5) setelah empat bulan kontraksi, yang menjadi sinyal awal pemulihan aktivitas produksi.

Proyeksi dan rekomendasi pekan ini

Berbicara potensi market pada pekan ini 8-12 September 2025, Imam menilai, sektor komoditas emas masih akan menjadi salah satu sektor yang menarik perhatian investor. Sentimen utama datang dari melemahnya data tenaga kerja AS yang berimplikasi pada meningkatnya probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed, serta penguatan harga emas global.

|Baca juga: OJK Catat IHSG Sempat Tembus Level Tertinggi di Akhir Agustus saat Unjuk Rasa Memanas

|Baca juga: OJK Sebut Volatilitas di Pasar Modal Bersifat Terbatas di Tengah Rentetan Demonstrasi

Dengan kondisi tersebut, ia melihat saham-saham berbasis emas berpotensi melanjutkan momentum penguatannya. Berikut rekomendasi saham dari IPOT:

1. Buy on Breakout MDKA di Rp2.680, Target Price: Rp2.950 dan Stop Loss: <Rp2.570

Sektor komoditas emas masih akan menjadi salah satu sektor yang menarik perhatian investor. Sentimen utama datang dari melemahnya data tenaga kerja AS yang berimplikasi pada meningkatnya probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed, serta penguatan harga emas global yang kembali menembus rekor baru. Dengan kondisi tersebut IPOT melihat saham-saham berbasis emas berpotensi melanjutkan momentum penguatannya.

2. Buy on Breakout ANTM di Rp3.480, Target Price: Rp3.720 dan Stop Loss: <Rp3.360

Seperti halnya MDKA, ANTM diprediksi terus menarik perhatian investor. Saham ini didukung oleh dua sentimen utama: pelemahan data ketenagakerjaan AS yang meningkatkan kemungkinan The Fed memangkas suku bunga, serta harga emas global yang kembali mencetak rekor baru. IPOT melihat ANTM yang terkait emas berpeluang melanjutkan tren penguatannya.

3. Buy TLKM di Rp3.150, Target Price: Rp3.350 dan Stop Loss: <Rp3.050

Di luar sektor emas, IPOT menilai emiten-emiten yang termasuk kategori capital intensive berpotensi mendapat sentimen positif dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Penurunan suku bunga global akan menurunkan biaya pendanaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan valuasi dan daya tarik saham-saham di sektor ini. Salah satu saham yang kami soroti adalah TLKM.

4. Buy FR0100 dan FR0091

Dari sisi instrumen pendapatan tetap, IPOT melihat peluang menarik pada obligasi pemerintah seiring meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga. Prospek penurunan suku bunga The Fed serta stabilitas inflasi domestik akan menjadi kombinasi yang positif bagi pasar obligasi. Dengan demikian, IPOT merekomendasikan akumulasi pada seri FR0100 dan FR0091, yang menurut pandangan IPOT masih menawarkan imbal hasil yang atraktif.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Masuk Jajaran Perusahaan Terbesar Versi Fortune Indonesia 100, Bos BRI Bilang Begini!
Next Post Perkuat Dukungan ke UMKM, BNI (BBNI) Genjot Kredit Produktif dan Inovasi Digital

Member Login

or