1
1

Fast Food (FAST) Akui Terdampak Seruan Boikot Produk asal Amerika

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) mengoperasikan gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) sebagai satu-satunya pewaralaba KFC di Indonesia. Foto:

Media Asuransi, JAKARTA – PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) menyatakan bahwa seruan boikot terhadap produk-produk yang menggunakan merek asal Amerika Serikat telah berdampak menyebabkan penurunan penjualan perseroan.

Dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip, Kamis, 8 Mei 2025, manajemen perseroan menjelaskan bahwa krisis di Timur Tengah telah memicu persepsi negatif terhadap merek-merek asal Amerika Serikat yang dianggap mendukung Israel. Salah satu merek yang terdampak adalah KFC, sehingga muncul seruan boikot terhadap produk-produk yang menggunakan merek asal Amerika Serikat. “Kondisi ini berdampak pada penurunan penjualan.”

Menghadapi situasi ini, perseroan secara aktif memantau perkembangan situasi dan telah mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan untuk menjaga kesinambungan operasional, termasuk evaluasi dan penyesuaian strategi pemasaran guna mengoptimalkan penjualan.

|Baca juga: Fast Food Indonesia (FAST) Akan Rights Issue untuk Modal Kerja

“Perseroan akan terus berupaya meningkatkan kinerja penjualan, yang diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap hasil usaha pada tahun 2025 dan seterusnya.”

Di sisi lain, pelemahan daya beli masyarakat, yang disebabkan oleh tekanan ekonomi seperti inflasi, kenaikan harga kebutuhan pokok, atau ketidakpastian kondisi makroekonomi, berdampak terhadap pola konsumsi masyarakat, khususnya pada pengeluaran untuk makanan di luar rumah.

|Baca juga: Indomaret vs Alfamart, Ini yang Paling Unggul

Bagi KFC sebagai penyedia layanan makanan cepat saji, kondisi ini memengaruhi permintaan, terutama dari segmen konsumen yang sensitif terhadap harga. Pelanggan cenderung menahan pengeluaran non-esensial atau beralih ke alternatif makanan yang dianggap lebih terjangkau. Hal ini dapat menyebabkan penurunan frekuensi kunjungan dan nilai transaksi per pelanggan.

“Perseroan terus memantau tren daya beli masyarakat dan secara proaktif menyesuaikan strategi penjualan dan pemasaran guna mempertahankan permintaan dan mendukung pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan.”

Sepanjang 2024, pendapatan perseroan tercatat Rp4,8 triliun atau telah mengalami penurunan sebesar Rp1 triliun (18%) dibandingkan pendapatan per 31 Desember 2023 yaitu sebesar Rp5,9 triliun.

Sementara itu, rasio gross margin perseroan sebesar 58% atau telah mengalami penurunan 4% dibandingkan rasio gross margin per 2023 yaitu sebesar 62%.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bali Towerindo Sentra (BALI) Tebar Dividen Tunai Rp196,73 Miliar
Next Post KPK Limpahkan Berkas Perkara Kasus Investasi Fiktif Taspen ke Jaksa Penuntut Umum

Member Login

or