Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang PT BFI Finance Indonesia Tbk di ‘AA-(idn)’. Outlook adalah Stabil. Fitch juga telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Pendek di ‘F1+(idn)’ dan peringkat obligasi mata uang lokal di ‘AA-(idn)’.
“Peringkat Nasional ‘AA’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah dibandingkan dengan emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama. Risiko gagal bayar inheren hanya sedikit berbeda dari emiten atau obligasi dengan peringkat tertinggi di negara tersebut,” tulis Fitch dalam keterangan resmi yang dikutip, Rabu, 28 Februari 2024.
Peringkat Nasional Jangka Pendek ‘F1’ menunjukkan kapasitas terkuat untuk pembayaran tepat waktu atas komitmen keuangan relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara yang sama. Berdasarkan skala Peringkat Nasional dari Fitch, peringkat ini ditetapkan terhadap risiko gagal bayar terendah dibandingkan dengan yang lain di negara atau serikat moneter yang sama. Untuk profil likuiditas yang tergolong kuat, “+” ditambahkan ke peringkat yang ditetapkan.
|Baca juga: BFI Finance Targetkan Kembangkan Produk Keuangan Baru
Fitch menjelaskan peringkat BFI mencerminkan posisi pasar yang mapan sebagai perusahaan pembiayaan dan leasing standalone terbesar di Indonesia, profitabilitas di atas pesaingnya yang didukung oleh segmentasi pasar dalam pembiayaan mobil bekas, leverage yang rendah, dan cakupan likuiditas yang memadai. Faktor-faktor ini harus mendukung kapasitas pembayaran utang perusahaan di berbagai siklus ekonomi.
“Kami memperkirakan BFI akan tetap fokus pada segmentasi pasarnya dalam pembiayaan kendaraan bekas. Hal ini sebagian besar terdiri dari pembiayaan mobil bekas, dimana BFI mempunyai pangsa pasar terkemuka di sekitar 20% dibandingkan dengan pangsa yang lebih kecil dalam keseluruhan piutang sektor pembiayaan dan sewa guna usaha sebesar 3%-4%.”
BFI telah melakukan diversifikasi ke segmen bisnis lain, seperti pembiayaan alat berat dan pembiayaan berbasis properti, namun lini-lini bisnis ini kemungkinan masih akan tetap kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan portofolionya.
Fitch memandang komposisi produk BFI memiliki risiko yang lebih tinggi, namun praktik underwriting dan pengendalian risiko yang kuat membantu BFI memitigasi fluktuasi kualitas aset. Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) naik sedikit menjadi 1,4% pada akhir tahun 2023 (2021: 1,0%) karena serangan siber pada kuartal II/2023 menghambat pertumbuhan pembiayaan dan kemampuan penagihan.
|Baca juga: BFI Finance (BFIN) Terbitkan Obligasi Rp1 Triliun
Meskipun demikian, rasio NPF masih di bawah angka industri sebesar 2,4%, dan provisi kredit yang mencakup 255% NPF memberikan penyangga terhadap potensi tunggakan lebih lanjut.
“Kami memahami dari BFI bahwa pembentukan aset bermasalah baru telah berkurang, dan perusahaan telah menerapkan langkah-langkah preventif untuk memperkuat pertahanan terhadap serangan siber di masa depan.”
Margin bunga bersih yang besar pada bisnis utama pembiayaan mobil bekas BFI mendukung profitabilitasnya yang sehat. Hal ini juga memberikan penyangga yang memadai terhadap risiko biaya penyediaan atau pendanaan yang lebih tinggi. Laba sebelum pajak/aset rata-rata turun menjadi 8,8% pada tahun 2023 (2022: 11,9%) karena biaya pencadangan dan biaya lainnya yang lebih tinggi setelah serangan siber.
Meski demikian, profitabilitas BFI masih jauh di atas rata-rata industri sebesar 5,6% pada akhir tahun 2023. “Selain itu, kami menilai BFI memiliki fleksibilitas untuk membebankan biaya pendanaan yang lebih tinggi kepada pelanggannya, yang cenderung kurang sensitif terhadap harga.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News