Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing Issuer Default Rating (IDR) PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) di ‘BB-‘ dan peringkat obligasi BUMA senilai US$400 juta 7,75% yang jatuh tempo pada tahun 2026 di ‘BB-‘.
Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang BUMA di ‘A+(idn)’ dan peringkat obligasi senilai Rp636 miliar di ‘A+(idn)’. Outlook adalah Stabil.
“Afirmasi peringkat mencerminkan ekspektasi Fitch bahwa posisi pasar BUMA yang kuat akan membantu memitigasi risiko yang terkait dengan berakhirnya kontrak-kontrak pada tahun 2025 dan membantu mengganti volume yang hilang melalui perluasan perjanjian dengan pelanggan yang telah ada atau dengan mendapatkan kontrak baru,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Selasa, 19 Maret 2024.
Profil keuangan BUMA akan mendapatkan keuntungan dari belanja modal yang rendah selama dua hingga tiga tahun ke depan, memberikan ruang gerak finansial menjelang perkiraan siklus belanja modal pemeliharaan berikutnya pada tahun 2026, yang memiliki fleksibilitas untuk ditunda.
|Baca juga: Fitch Ganjar Bukit Makmur Mandiri Utama dengan Peringkat A+ Outlook Stabil
Diversifikasi BUMA telah meningkat secara substansial selama dua tahun terakhir, dengan basis counterparty yang lebih luas dan penambahan aset kontraktor batu bara Downer EDI Limited (BBB/Negatif) di Australia pada bulan Desember 2021.
Peringkat BUMA didasarkan pada profil kredit standalone, yang akan setara dengan profil kredit perusahaan induknya, PT Delta Dunia Makmur Tbk, dengan tidak adanya kepemilikan operasi besar selain BUMA dan tidak ada utang tambahan di BUMA, sejalan dengan Kriteria Pemeringkatan Parent and Subsidiary Linkage milik Fitch.
Peringkat Nasional ‘A’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang rendah relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.
Fitch memperkirakan volume overburden removal BUMA Indonesia pada tahun 2024 akan stabil pada tingkat tahun 2022 yaitu sekitar 435 juta bank cubic meter (mbcm), menyusul peningkatan sebesar 10% menjadi 472 mbcm pada tahun 2023.
Angka pada tahun 2022 mencerminkan lonjakan substansial sebesar 32% dari tahun sebelumnya, sebagian besar didukung oleh perluasan perjanjian kontrak dengan PT Adaro Indonesia (BBB-/Stabil) dan PT Bayan Resources Tbk.
“Kami menilai tambahan peningkatan pada tahun 2023 kemungkinan besar dipengaruhi oleh kenaikan harga batu bara yang menyebabkan banyak perusahaan pertambangan meningkatkan produksi, dan kami memperkirakan kenaikan tersebut akan menjadi normal berdasarkan asumsi harga batu bara kami yang termoderasi.”
Fitch memperkirakan volume overburden removal akan menurun sebesar 4%-8% pada tahun 2025-2026, dengan mempertimbangkan risiko penggantian volume setelah kontrak-kontrak utama berakhir pada tahun 2025.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News