Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) (PELNI) di ‘AAA(idn)’ dan Peringkat Nasional Jangka Pendek di ‘F1+(idn)’. Outlook adalah Stabil.
Fitch mengklasifikasikan PELNI sebagai Government-Related Entity (GRE) yang dihubungkan secara kredit dengan pemerintah Indonesia (BBB/Stabil). “Kami menyetarakan peringkat PELNI dengan peringkat pemerintah, karena pemerintah mempunyai tanggung jawab dan insentif yang signifikan untuk mendukung perusahaan tersebut,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Selasa, 7 Mei 2024.
|Baca juga: Fitch Ganjar PELNI dengan Peringkat AAA Outlook Stabil
Fitch menerangkan peran penting PELNI di bidang transportasi laut mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan koneksi dan aksesibilitas antar wilayah untuk mendukung pembangunan perekonomian. Hal ini mengakibatkan kemungkinan besar adanya dukungan negara terhadap perusahaan tersebut, jika diperlukan.
Fitch menilai profit kredit standalone (SCP) PELNI di ‘aa-(idn)’. Hal ini mencerminkan posisi terdepan PELNI sebagai penyedia jasa maritim di Indonesia, ekspektasi terhadap rasio leverage yang rendah dan rasio pembayaran utang yang baik. Hal ini diimbangi oleh tidak adanya ruang untuk menyesuaikan harga tarif untuk usaha terkait kewajiban pelayanan publik (PSO) dan program belanja modal yang signifikan dalam jangka menengah.
Peringkat Nasional AAA menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan oleh Fitch dalam skala Peringkat Nasional untuk negara tersebut. Peringkat ini diberikan kepada emiten atau obligasi dengan ekspektasi risiko gagal bayar yang paling rendah dibandingkan dengan semua emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.
Peringkat Nasional Jangka Pendek ‘F1’ menunjukkan kapasitas terkuat untuk pembayaran tepat waktu atas komitmen keuangan relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara yang sama. Berdasarkan skala Peringkat Nasional dari Fitch, peringkat ini ditetapkan terhadap risiko gagal bayar terendah dibandingkan dengan yang lain di negara atau serikat moneter yang sama. Untuk profil likuiditas yang tergolong kuat, “+” ditambahkan ke peringkat yang ditetapkan.
|Baca juga: Rugikan Negara Belasan Miliar, KPK Usut Dugaan Korupsi Asuransi di Pelni
Pendapatan dan profitabilitas PELNI telah melampaui tingkat sebelum Covid-19, masing-masing mencapai Rp5,8 triliun dan Rp202 miliar pada tahun 2023. Terdapat rencana investasi yang tinggi pada tahun 2024-2026 untuk pengadaan kapal. Tetapi, scenario Fitch memperkirakan rasio leverage dan debt service akan tetap baik pada masing-masing 6,0x dan 1,1x pada akhir tahun 2028. Hal ini menghasilkan kategori profil keuangan ‘a’.
Utang PELNI naik 32% menjadi Rp67,3 miliar pada akhir tahun 2023, terdiri atas 48% pinjaman pemerintah, 33% pinjaman bank dan sisanya adalah sewa pembiayaan. Umur rata-rata tertimbang utang tersebut adalah 3,6 tahun. Fasilitas bilateral yang dimiliki dengan beberapa bank domestik memiliki total limit sebesar Rp425 miliar, termasuk limit di tingkat anak perusahaan.
Eksposur terhadap utang mata uang asing sebesar 48%, yang dilindungi nilai dengan swap mata uang. Porsi bunga mengambang dari total utang adalah 28%.
PELNI belum berencana menerbitkan utang dalam jangka menengah. Perusahaan memiliki likuiditas yang cukup dengan kas dan likuiditas jangka pendek tetap stabil di Rp3,5 triliun. Hal ini menempatkannya pada posisi kas bersih pada akhir tahun 2023. Aset likuid sebagian besar dimiliki pada bank-bank milik pemerintah dan dalam mata uang rupiah.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News