Media Asuransi, JAKARTA – Fitch telah mengafirmasi PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) Peringkat Issuer Default Rating (IDR) Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Lokal di ‘BBB’ dan Peringkat Jangka Pendek Mata Uang Asing IDR di ‘F2’.
Fitch Rating Indonesia juga telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang di ‘AAA(idn)’. Outlook adalah Stabil.
Dikutip dari rilis resminya, Fitch menerangkan bahwa peringkat nasional di kategori ‘AAA’ menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan Fitch pada skala peringkat nasional untuk Indonesia. Peringkat ini diaberikan kepada emiten atau surat utang dengan ekspektasi risiko gagal bayar yang terendah relatif terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia.
Fitch menilai entitas yang dikenal dengan nama IIGF sebagai entitas terkait pemerintah (GRE) dan menggunakan pendekatan pemeringkatan “top-down”. Hal ini mencerminkan hubungan erat IIGF dengan pemerintah Indonesia (BBB/Stabil) dan insentif bagi pemerintah untuk memberikan dukungan terhadap entitas tersebut. Ini mengarah pada kemungkinan besar dukungan pemerintah yang luar biasa untuk IIGF, bila diperlukan.
Pemerintah memegang kepemilikan penuh atas entitas tersebut dan diketahui tidak ada rencana perubahan struktur kepemilikan saham hingga saat ini. “Kami mengamati bahwa kontrol pemerintah atas entitas berada pada spektrum yang luas termasuk proses operasional, arahan strategis dan rencana anggaran,” jelasnya.
|Baca juga: Pemerintah Incar Bauran 23% BMN Infrastruktur EBT di Wilayah Indonesia Tahun 2025
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengawasi entitas melalui dewan komisaris dan Kemenkeu memiliki wewenang untuk mengangkat dewan komisaris dan direksi. Kepemilikan tunggal oleh pemerintah dan kontrol yang ketat menyiratkan kemungkinan yang besar untuk adanya dukungan dari pemerintah, bila dibutuhkan.
IIGF telah menerima suntikan modal yang konsisten dari pemerintah untuk memastikan kapasitas penjaminan emisi yang memadai, dan mempertahankan profil keuangan yang kuat. Pemerintah telah memberikan suntikan modal sebesar Rp9,57 triliun sejak 2009, termasuk Rp1,57 triliun pada 2020.
Jumlah proyek yang dijamin entitas meningkat pesat menjadi 42 pada Juni 2022 dari 15 di tahun 2017, dan potensi suntikan modal akan berhubungan dengan investasi infrastruktur pemerintah di tahun-tahun mendatang. “Kami melihat regulasi mendukung IIGF sebagai satu-satunya penyedia penjaminan bagi instansi pemerintah. Tidak ada batasan hukum, atau kebijakan bagi pemerintah untuk memberikan dukungan kepada entitas.”
Fitch menerangkan tidak ada pengganti langsung untuk IIGF dan Fitch memperkirakan bila terjadi gagal bayar oleh entitas akan menyebabkan gangguan dalam layanan penjaminan yang ditawarkan oleh entitas. Hal ini kemungkinan akan menimbulkan dampak ekonomi sampai batas tertentu karena ada kebutuhan modal yang signifikan untuk proyek infrastruktur yang sulit dipenuhi tanpa partisipasi sektor swasta. Namun demikian, pemberian penjaminan bukan merupakan tanggung jawab wajib pemerintah, yang membatasi penilaian menjadi ‘Moderat’.
IIGF merupakan GRE yang penting untuk memagari kewajiban kontinjensi pemerintah dan untuk menyediakan penyangga bagi guncangan terhadap anggaran negara. IIGF memiliki pinjaman dari pemerintah, yang dipinjam dari Bank Dunia dan Fitch melihat bahwa gagal bayar oleh entitas akan secara signifikan mengurangi kepercayaan investor pada GRE lokal, yang pada akhirnya mengganggu kapasitas pendanaan GRE lainnya terutama dari pasar luar negeri. Oleh karena itu, Fitch percaya bahwa IIGF dapat menjadi satu-satunya di antara GRE lainnya yang mendapat dukungan luar biasa dari pemerintah.
|Baca juga: Pemerintah Dorong Penerapan ESG dalam Pembiayaan Proyek Infrastruktur
Secara operasional, pendapatan dari investasi, yang terdiri dari deposito berjangka dan pendapatan tetap, turun 14% yoy menjadi Rp736 miliar pada tahun 2021 sementara pendapatan jaminan naik 29% yoy menjadi Rp157 miliar karena kenaikan pendapatan premi.
Segmen marjin operasi penjaminan naik menjadi 53% dari 44% pada tahun sebelumnya sementara beban umum dan administrasi tetap stabil di 9% dari total pendapatan. Laba bersih relatif tidak berubah, naik sebesar 0,8% yoy menjadi Rp625 miliar pada tahun 2021, dengan ROE sebesar 4,5%, sedikit turun dari 4,7% pada tahun sebelumnya.
Total nilai proyek meningkat menjadi Rp464 triliun pada Juni 2022 dari Rp342 triliun di tahun 2021, yang menyebabkan peningkatan nilai penjaminan sebesar 11% menjadi Rp84 triliun. Hal ini menyiratkan rasio gearing (perbandingan jaminan terhadap ekuitas yang luar biasa) meningkat menjadi 7.0x pada Juni 2022 dari 6.2x di tahun 2021.
Proyek jalan tol menyumbang 54% dari total nilai investasi, diikuti oleh proyek pembangkit listrik sebesar 39% pada Juni 2022. Pemerintah telah melakukan suntikan modal untuk memastikan IIGF memiliki kapasitas penjaminan yang memadai, dan penjaminan yang terus meningkat, menyiratkan bahwa IIGF akan membutuhkan tambahan suntikan modal di masa yang akan datang.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News