1
1

Fitch Afirmasi Peringkat Sarana Multi Infrastruktur (SMI) BBB/AAA

Kantor pusat PT Sarana Multigriya Finansial (Persero). | Foto: smf-indonesia.co.id

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah mengafirmasi Peringkat Issuer Default Rating (IDR) Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Lokal Sarana Multi Infrastruktur (SMI) di ‘BBB’ dan Peringkat Jangka Pendek Mata Uang Asing IDR di ‘F2’. Fitch Ratings Indonesia juga telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang di ‘AAA(idn)’. Outlook adalah stabil.

Peringkat Program surat utang jangka menengah euro (EMTN) senilai USD2 miliar dan peringkat jangka-panjang senior tanpa jaminan telah diafirmasi di ‘BBB’.

Dikutip dari keterangan resminya, Jumat, 31 Maret 2023, Fitch menjelaskan peringkat Nasional AAA menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan oleh Fitch dalam skala Peringkat Nasional untuk negara tersebut. Peringkat ini diberikan kepada emiten atau obligasi dengan ekspektasi risiko gagal bayar yang paling rendah dibandingkan dengan semua emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.

Penilaian Fitch mencerminkan kepemilikan pemerintah yang stabil serta kontrol dan pengawasan yang kuat terhadap SMI. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjuk dewan komisaris dan direksi SMI, serta menetapkan arahan strategis dan anggaran perusahaan. Dua dari empat komisaris mewakili pemerintah.

|Baca juga: Pefindo Afirmasi Peringkat Sarana Multi Infrastruktur (SMI) idAAA

Peran kebijakan SMI dapat berkembang dan berpotensi berubah menjadi Lembaga Pembiayaan Pembangunan Indonesia dari perseroan terbatas. Rancangan undang-undang untuk proses ini sedang menunggu pembahasan di parlemen.

Fitch menilai dukungan pemerintah mendominasi profil pendanaan SMI, menunjukkan komitmen kuat pemerintah untuk mendukung peran kebijakan SMI. Dukungan lebih lanjut terlihat dari mandat SMI untuk menyediakan pembiayaan bagi pemerintah daerah di bawah program pemulihan ekonomi nasional dan pendanaan negara, dukungan regulasi dan jaminan pemerintah atas pinjaman daerahnya. Keputusan No.174/PMK.08/2016 menetapkan bahwa Kementerian Keuangan akan memberikan penjaminan untuk pembiayaan infrastruktur daerah oleh SMI. Keputusan tersebut mendukung peran kebijakan SMI dengan tetap menjaga stabilitas keuangannya.

Pemerintah telah meyuntikkan seluruh modal SMI sebesar Rp30,5 triliun, atau sekitar 26% dari total asetnya pada akhir tahun 2022, memberikan fasilitas pinjaman sebesar Rp6,1 triliun yang bersumber dari lembaga multilateral dan memberikan pinjaman langsung senilai Rp24,6 triliun untuk mendukung peran kebijakan SMI. Pendanaan terkait pemerintah (pinjaman langsung dan penerusan) dan dana ekuitas mendominasi, memberikan kontribusi 52% dari total aset SMI.

Sejumlah pemerintah provinsi, kota dan kabupaten telah menandatangani perjanjian dengan SMI untuk pembiayaan pemerintah daerah dan peran SMI sulit untuk digantikan di pasar. Dengan demikian, default dari SMI dapat mengganggu pembangunan infrastruktur Indonesia dengan implikasi politik yang signifikan. Infrastruktur merupakan sektor prioritas dalam rencana pembangunan ekonomi jangka menengah negara dan membutuhkan modal yang signifikan.

“Kami meyakini SMI juga memainkan peran penting dalam proyek KPBU, yakni perusahaan bertindak sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk mengoptimalkan kemitraan strategis dan badan utama pemerintah untuk pembangunan infrastruktur pemerintah daerah,” jelasnya.

|Baca juga: Peringkat Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Ditegaskan idAAA  

SMI melaporkan total aset pinjaman sebesar Rp88,7 triliun pada akhir tahun 2022, 78% diantaranya berasal dari peminjam sektor pemerintah. Penilaian faktor ‘Sangat Kuat’ juga didukung oleh keselarasan biaya pinjaman dengan pemerintah, yang membuat Fitch percaya bahwa pelaku pasar menganggap SMI sebagai sarana pendanaan pemerintah untuk sektor ini.

Investor dan sumber pembiayaan SMI mencakup kemitraan dengan lembaga supranasional, serta lembaga filantropi dan donor. “Oleh karena itu, kami yakin default akan memiliki implikasi serius bagi kapasitas pinjaman dan pembiayaan kembali pemerintah dan sentimen investor terhadap pemerintah, entitas terkait pemerintah lainnya (GRE) dan sektor pembiayaan infrastruktur,” tambahnya.

Pendapatan meningkat pada tahun 2022 karena siklus ekonomi dan pembiayaan mulai pulih. Laba bersih naik menjadi Rp2,2 triliun, dari Rp1,8 triliun, karena aset pinjaman yang lebih baik dan efisiensi operasional. Selain itu, SMI membukukan keuntungan Rp334 miliar dari pelepasan sahamnya di PT Jasamarga Semarang Batang. Kualitas aset membaik, karena SMI fokus pada kualitas dengan membiayai proyek-proyek infrastruktur yang terutama terkait dengan pemerintah. Kredit bermasalah bruto membaik menjadi 0,76% dan kredit bermasalah bersih menjadi 0,34% (2021: 1,19%, 0,58%) karena peningkatan saldo aset pinjaman dan kerugian penurunan nilai.

Relaksasi kebijakan Otoritas Jasa Keuangan yang diperpanjang hingga April 2023 memungkinkan SMI melakukan restrukturisasi empat debitur atau sekitar 0,57% dari total pinjaman. Dua dari debitur tersebut meliputi sektor jalan tol dan ketenagalistrikan, sedangkan dua lainnya adalah Pemda setempat.

Likuiditas didukung oleh kelebihan kas sebesar Rp14,8 triliun, komitmen yang belum ditarik sebesar Rp6 triliun dan program obligasi rupiah Indonesia yang belum digunakan sebesar Rp15,5 triliun untuk menutup utang sebesar Rp25,3 triliun yang akan jatuh tempo pada tahun 2023. Fitch meyakini risiko refinancing juga dimitigasi oleh akses ke pasar modal, hubungan dengan bank dan dukungan pendanaan pemerintah.

 

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post OJK Selesaikan 101 Perkara di Sektor Jasa Keuangan, Cek Siapa Saja yang Kena Sanksi
Next Post AXA Mandiri Tingkatkan Kualitas Produk Unggulan dengan Penambahan Fitur dan Manfaat

Member Login

or