Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah menurunkan Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) ke ‘RD’ (Restricted Default), dari ‘C’, setelah penyelesaian tender offer.
“Hal ini karena kami menganggap transaksi tersebut sebagai distressed debt exchange (DDE), karena transaksi ini dilakukan untuk menghindari gagal bayar, menurut pandangan kami,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Jumat, 12 Juli 2024.
Kemudian, Fitch telah menaikkan Peringkat Jangka Panjang IDR ke ‘CCC+’ untuk mencerminkan perbaikan likuiditas LPKR, tetapi dengan ruang terbatas, setelah pembayaran sebagian obligasi menggunakan hasil dari penjualan aset. Hal ini juga mendorong Fitch Ratings Indonesia menurunkan Peringkat Nasional Jangka Panjang LPKR ke ‘RD(idn)’ dari ‘C(idn)’ dan kemudian menaikkan peringkat tersebut ke ‘BB-(idn)’ dengan Outlook Stabil.
|Baca juga: Fitch Downgrade Peringkat Lippo Karawaci Jadi C
Fitch juga telah menurunkan peringkat pada obligasi US dollar LPKR yang jatuh tempo pada Januari 2025 dan Oktober 2026 yang diterbitkan oleh Theta Capital Pte. Ltd. ke ‘RD’ dari ‘C’ dan kemudian menaikkan peringkat tersebut ke ‘CCC+’ dengan Recovery Rating ‘RR4’.
Peringkat Nasional ‘BB’ menunjukkan risiko gagal bayar yang lebih tinggi relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.
Peringkat Nasional ‘RD’ mengindikasikan suatu emiten, dalam pandangan Fitch, telah mengalami gagal bayar atas surat utang, pinjaman atau kewajiban keuangan material lainnya tetapi belum menjalani pengajuan pailit, administration, receivership, likuidasi atau prosedur formal penutupan perusahaan lainnya, dan juga tidak menghentikan kegiatan bisnis.
Lebih lanjut, Fitch menjelaskan LPKR membayar masing-masing sebesar US$171 juta dan US$49 juta dari obligasi US dollar tahun 2025 dan 2026, menggunakan sekitar US$237 juta hasil penjualan dari 10,4% sahamnya di PT Siloam International Hospital (SILO). SILO tidak lagi menjadi anak usaha yang dibatasi setelah penjualan tersebut.
“Kami melihat tender offer dan permohonan persetujuan (consent solicitation) ini bertujuan untuk menghindari gagal bayar tradisional, dan kami menurunkan Peringkat Jangka Panjang IDR ke ‘RD’ setelah penawaran selesai. Peningkatan peringkat selanjutnya ke ‘CCC+’ mencerminkan perbaikan likuiditas perusahaan setelah penyelesaian tersebut.”
Buyback telah mengurangi risiko pembiayaan kembali jangka pendek. Hanya US$67 juta yang masih belum dibayar untuk obligasi tanpa jaminan yang jatuh tempo di Januari 2025. Fitch memperkirakan LPKR akan mengandalkan pendanaan eksternal untuk membiayai jatuh tempo yang telah berkurang ini serta amortisasi pinjaman banknya, karena arus kas bebas (FCF) perusahaan membaik tetapi belum mencukupi untuk pembayaran pokok.
|Baca juga: Lippo Karawaci Catatkan Marketing Sales Rp1,5 Triliun pada Kuartal I/2024
Meskipun perusahaan juga telah membayar kembali sebagian dari obligasi tahun 2026, Fitch menilai bahwa LPKR masih akan menghadapi kekurangan likuiditas untuk sisa US$145,8 juta dari obligasi Oktober 2026.
Fitch memperkirakan LPKR akan memiliki FCF yang netral hingga sedikit positif dalam jangka waktu menengah, sehingga pembayaran utang akan mengurangi cadangan kas kecuali LPKR mampu mendapatkan pendanaan eksternal lebih lanjut. Fitch meyakini bahwa keputusan perusahaan untuk berpartisipasi dalam tender offer oleh Sight Investment, pemegang saham minoritas di SILO, untuk menjual sebagian dari sisa 47,6% sahamnya di SILO akan memainkan peran penting dalam menjaga likuiditasnya.
Sight Investment akan membuka tender offer antara 29 Juli sampai 27 Agustus 2024 untuk mengakuisisi hingga 45% dari SILO senilai Rp16,68 triliun. Profil kredit LPKR akan mendapat manfaat jika tender offer ini selesai, dan hasil penjualan digunakan untuk pengurangan utang.
Fitch memperkirakan EBITDA LPKR, tidak termasuk SILO dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), akan menutupi biaya bunga lebih dari 1x mulai tahun 2025 (2024F: 0,5x), naik dari di bawah 1x selama tiga tahun terakhir. Rasio coverage yang meningkat ini dihasilkan dari pengurangan total utang, dan penurunan utang dalam mata uang asing serta biaya lindung nilai terkait di tengah melemahnya Rupiah terhadap US dollar.
Fitch memperkirakan leverage LPKR (diukur dengan net debt-to-net property assets) akan membaik menjadi di bawah 50% dari 2024 (2023: 65%). Kami berpandangan bahwa profil keuangan yang membaik akan memberikan ruang untuk memperoleh utang baru, apabila diperlukan.
LPKR, tidak termasuk LPCK, memiliki prapenjualan, termasuk penjualan tanah, sebesar Rp1,17 triliun pada 1Q24, yang mewakili 30% dari target kami di tahun 2024 sebesar Rp3,5 triliun dan peningkatan 35% yoy. Fitch memperkirakan prapenjualan akan meningkat dan utang akan menurun, mendukung perbaikan FCF menjadi positif dalam jangka waktu menengah.
“Perubahan ini akan mengimbangi sedikit penurunan pendapatan dividen setelah penjualan saham SILO, dari Rp148 miliar pada tahun 2023, dengan kemungkinan peningkatan tingkat pembayaran dividen SILO yang membawa pendapatan dividen menjadi Rp130 miliar-Rp150 miliar per tahun selama tiga tahun ke depan.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News