1
1

Fitch Tegaskan Rating Tower Bersama (TBIG) BBB- Stabil

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing Issuer Default Rating (IDR) perusahaan menara telekomunikasi Indonesia PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) di ‘BBB-‘.

Melalui keterangan resminya, Fitch Ratings Indonesia pada saat yang bersamaan telah mengafirmasi peringkat nasional jangka panjang dan peringkat nasional senior tanpa jaminan pada ‘AA+(idn)’. Outlook adalah stabil.

Outlook stabil mencerminkan komitmen manajemen TBIG terhadap peringkat investment-grade. Kami meyakini bahwa FFO net leverage TBIG akan tetap setara dengan peringkat-peringkat investment-grade, terlepas dari pertumbuhan yang lebih rendah pada 2022.

Peringkat TBI mencerminkan visibilitas arus kas yang tinggi yang didukung oleh sewa menara jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan dengan operator-operator telekomunikasi Indonesia.

Pengembalian pemegang saham yang lebih tinggi daripada yang diekspektasi merupakan risiko utama terhadap peringkat-peringkat.

|Baca juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Terbitkan Global Bond US$900 Juta

Peringkat nasional di kategori ‘AA’ menunjukkan ekspektasi akan risiko gagal bayar yang sangat rendah relatif terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia. Risiko kredit hanya sedikit berbeda dari emiten-emiten atau surat-surat utang yang mendapat peringkat tertinggi di Indonesia.

Lebih lanjut, Fitch memproyeksikan funds from operations (FFO) net leverage 2021-2022 TBIG akan tetap stabil pada 5,0x-5,3x (2020: 5,3x). Manajemen berkomitmen pada peringkat investment grade dan telah menunjukkan intensi lebih rendah untuk pengembalian pemegang saham.

Pengembalian pemegang saham TBIG lebih rendah daripada ekspektasi Fitch pada 2019-2020. Manajemen menjaga rasio utang bersih/EBITDA kwartal terakhir yang disetahunkan pada 4,5x-5,0x selama lima tahun terakhir. TBIG menyelesaikan akuisisi 3.000 menara dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) senilai IDR3.975 miliar pada April 2021.

Fitch meyakini bahwa rencana merger antara PT Indosat Tbk (BBB/AAA(idn)/Rating Watch Negatif) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Hutch) akan mengarah pada pertumbuhan yang lebih lambat untuk TBI pada 2022.

“Kami mengekspektasi permintaan menara dan fiber dari PT XL Axiata Tbk (XL, BBB/AAA(idn)/Stabil) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom, BBB/Stabil) akan mengimbangi risiko tidak diperbaruinya sewa oleh Hutch-Indosat pada 2022.”

Fitch mengekspektasi kontribusi pendapatan dari tiga besar operator telekomunikasi akan meningkat menjadi 90% (1H21: 74%) setelah merger Indosat-Hutch.

Menurut Fitch, industri menara Indonesia terkonsolidasi dengan cepat menjadi oligopoli dengan tiga perusahaan menara besar. TBIG dan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo, BBB/AAA(idn)/Stabil) akan mengendalikan sekitar setengah dari industri menara dengan sekitar 20% dan 30% pangsa pasar, secara berurutan, pada akhir 2021, dengan 27%-28% sisanya dikendalikan PT Dayamitra Telekomunikasi, anak perusahaan pemimpin pasar seluler Telkom.

|Baca juga: BEDAH SAHAM: Menangkap Prospek Pertumbuhan Tower Bersama (TBIG)

Fitch percaya bahwa risiko merger dan akuisisi (M&A) yang didanai utang oleh TBI adalah rendah karena terbatasnya kesempatan untuk mengakuisisi portofolio menara yang besar karena sisa industri terfragmentasi dengan beberapa perusahaan yang memiliki 1.000-3.000 menara, seperti PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BBB+(idn)/Positif).

Omnibus law yang baru, yang mengizinkan perusahaan asing untuk mengakuisisi 100% dari perusahaan menara, kecil kemungkinannya untuk memperburuk kompetisi karena industri sebagian besar telah terkonsolidasi.

Fitch mengekspektasi pertumbuhan pendapatan dan EBITDA satu digit yang rendah pada 2022 (estimasi 2021: 18%-19%) karena merger Indosat dan Hutch kemungkinan mengurangi permintaan menara dan fiber.

Namun demikian, permintaan menara dan sewa akan tetap tinggi dari XL dan Telkom, karena Fitch mengekspektasi perusahaan-perusahaan tersebut untuk menginvestasikan sekitar 27%-30% dari pendapatan sebagai belanja modal.

Pendapatan TBIG meningkat sebesar 15% pada 1H21 dan EBITDA meningkat 13%, karena perusahaan mengakuisisi 3.000 menara dari IBST dan secara organik menambah 954 sewa bersih. Manajemen mengekspektasi pendapatan akan meningkat pada 2022.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Dibayangi Sentimen Negatif, 5 Saham Ini Strong Buy
Next Post MARKET REVIEW: BBCA, BBRI, BBKP, BBNI Topang Kenaikan IHSG

Member Login

or