Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis pagi terlihat bergerak di area merah. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada perdagangan pagi dibuka melemah ketimbang penutupan perdagangan di hari sebelumnya di Rp16.155 per US$.
IHSG Kamis, 25 April 2024, perdagangan pagi dibuka di 7.176 dan tak lama melemah ke 7.149. Posisi tertinggi di 7.177 dan terendah di 7.132. Volume perdagangan pagi tercatat 1,09 miliar lembar saham senilai Rp1,31 triliun. Sebanyak 149 saham menguat, 168 saham melemah, dan 199 saham stagnan.
Sementara itu, mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka tertekan ke Rp16.215 per US$ dengan year to date retrun 5,27 persen. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp16.210 hingga Rp16.220 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp16,064 per US$.
Wall Street melemah
Di sisi lain, bursa saham Wall Street melemah pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Tekanan terjadi karena pasar menunggu data utama inflasi Amerika Serikat (AS) sambil mencerna pendapatan perusahaan yang beragam.
|Baca juga: Mau Belanja Saham Unggulan saat IHSG Merekah? Coba Cek 4 Saham In
Indeks Dow Jones Industrial Average berakhir turun 0,1 persen menjadi 38.460. Sedangkan indeks S&P 500 berbasis luas pada dasarnya datar di 5.071. Kemudian indeks Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi naik 0,1 persen menjadi 15.712.
Sementara itu, dolar AS kembali melemah pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB), menyusul penurunan besar terhadap euro dan sterling sehari sebelumnya. Sementara itu, yen tetap terperosok mendekati posisi terendah dalam 34 tahun bahkan ketika pejabat Jepang meningkatkan peringatan intervensi.
Indeks dolar –yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama termasuk euro, sterling, dan yen– terakhir naik 0,2 persen pada 105,85, dengan sebelumnya menyentuh level terendah sejak 12 April di 105,59. Mata uang ini merosot 0,4 persen pada Selasa, didorong data aktivitas Eropa yang sangat kuat dan melambatnya pertumbuhan bisnis AS.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News