Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,67 persen atau 43,6 poin ke 6.471,94 di akhir perdagangan Senin (17/3). Sentimen negatif seputar data ekonomi Indonesia dan peluang resesi Amerika Serikat (AS) menekan pergerakan IHSG.
Sebanyak 308 saham naik, 279 saham turun dan 219 saham stagnan.
Dikutip dari Reuters, Minggu kemarin, Kepala Ekonom J.P. Morgan Bruce Kasman mengungkapkan ada sekitar 40 persen kemungkinan terjadi resesi di Amerika Serikat tahun ini.
|Baca juga: IHSG Sesi I Tertekan Potensi Resesi AS dan Deflasi RI
Bruce memberikan nilai potensi sekitar 40 persen risiko resesi dalam proyeksinya, naik dari sekitar 30 persen yang dia perkirakan di awal tahun. Proyeksi J.P Morgan saat ini pertumbuhan PDB AS hanya sebesar 2 persen di tahun ini. Perang tarif disebut sebagai pemicu karena dampaknya adalah kenaikan harga barang.
Selain faktor ekonomi, kondisi geopolitik di Timur Tengah juga masih hangat. Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Minggu kemarin, menyatakan akan terus menyerang Houthi Yaman hingga mereka mengakhiri serangan terhadap pelayaran perdagangan internasional.
|Baca juga: REVIEW SEPEKAN: Mayoritas Data Perdagangan Saham Merah
Selain dari eksternal, melemahnya IHSG dan rupiah juga karena terpapar berita makroekonomi RI yang tidak menggembirakan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) secara berturut-turut pada Januari dan Februari 2025 mengalami deflasi secara bulanan. Meski terjadi inflasi secara tahunan sebesar 0,76 persen, IHK pada Januari 2025 mengalami deflasi 0,76 persen secara bulanan.
Tren itu berlanjut pada Februari 2025 yang mencatatkan deflasi 0,48 persen secara bulanan. Deflasi bahkan juga terjadi secara tahunan, yaitu sebesar 0,09 persen. Adapun deflasi terakhir kali terjadi 25 tahun lalu, tepatnya pada Maret 2000 sebesar 1,10 persen.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News