1
1

Indeks Harga Saham Gabungan Menguat 5,83%

Suasana Bursa Efek Indonesia di Jakarta. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Pasar saham domestik di bulan September 2024 menguat bahkan sempat mencatatkan rekor tertinggi di level 7.905,39 pada 19 September 2024. Hal ini terjadi sejalan dengan pergerakan pasar keuangan global yang didorong oleh sentimen positif akibat penurunan suku bunga acuan.

Sampai dengan 27 September 2024, indeks harga saham gabungan (IHSG) naik 0,34 persen month to date (mtd) ke level 7.696,92. Secara year to date (ytd) IHSG menguat 5,83 persen. Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp12.875 triliun atau turun 1,82 persen mtd, namun secara ytd masih naik 10,37 persen.

Nonresident mencatatkan net buy cukup besar, mencapai Rp25,02 triliun secara mtd dan net buy Rp52,75 triliun secara ytd,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, dalam jumpa pers secara daring, Selasa sore, 1 Oktober 2024.

|Baca juga: 8 Tips Jitu Pilih Saham untuk Investasi Jangka Panjang yang Menguntungkan

Dia jelaskan bahwa secara mtd, penguatan terjadi di hampir seluruh sektor. Dengan penguatan terbesar di sektor technology dan property & real estate. Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham tercatat Rp12,86 triliun.

Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI per 26 September 2024 menguat 1,28 persen mtd atau naik 5,74 persen ytd ke level 396,13. Yield SBN rata-rata turun 10,76 basis points (bps) dan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp20,82 triliun mtd, net buy Rp31,07 triliun. Untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp0,11 triliun mtd dan net sell Rp2,42 triliun ytd.

Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp853,53 triliun per 26 September 2024, naik 1,44 persen mtd atau naik 3,49 persen ytd. Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp504,80 triliun, naik 1,28 persen mtd atau  naik 0,67 persen ytd. Dalam periode ini tercatat net subscription sebesar Rp1,31 triliun mtd sedangkan secara ytd tercatat net redemption Rp9,80 triliun.

|Baca juga: Bos DBS Sebut Obligasi Lebih Cuan dari Saham, Ini Alasannya!

Menurut Inarno, penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif. Tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp137,05 triliun, sebesar Rp4,39 triliun di antaranya merupakan fund raising dari 28 emiten baru. “Sementara itu, masih terdapat 127 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp53,80 triliun.

Di sisi lain, penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF, hingga 26 September 2024 telah terdapat 17 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 625 penerbitan efek, 163.792 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,22 triliun.

Sedangkan pada bursa karbon, sejak diluncurkan tanggal 26 September 2023 hingga 27 September 2024, tercatat 81 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 613.894 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar Rp37,06 miliar. Dengan rincian nilai transaksi 26,75 persen di Pasar Reguler, 23,18 persen di Pasar Negosiasi, 49,87 persen di Pasar Lelang, dan 0,21 persen di marketplace.

“Potensi bursa karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 3.974 pendaftar yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan,” jelas Inarno Djajadi.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Wow! Emisi Obligasi Rp1 Triliun BUMA Oversubscribed hingga 1,4 Kali
Next Post Pengangkatan 3 Komisaris Bank BJB Telah Berlaku Efektif, Siapa Mereka?

Member Login

or