1
1

Indeks S&P 500 Tembus Rekor, Dolar AS Tak Bertenaga

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Indeks S&P 500 berakhir di atas 5.000 untuk pertama kalinya pada Jumat lalu waktu setempat (Sabtu WIB), memperpanjang reli. Hal itu terjadi karena pendapatan yang solid dan data ekonomi yang telah meningkatkan keyakinan bahwa perekonomian Amerika Serikat (AS) dapat menghindari resesi.

Mengutip The Business Times, Senin, 12 Februari 2024, indeks berbasis luas berakhir di posisi 5.026,61 atau naik 0,6 persen, mencatat rekor penutupan ke-10 pada 2024. Indeks Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi melonjak 1,3 persen menjadi 15.990,66, sedangkan Dow Jones Industrial Average merosot 0,1 persen menjadi 38.671,69.

Perusahaan teknologi besar seperti induk Google, Alphabet dan Amazon, terus menikmati dukungan besar dari investor, dan juga mengangkat Nasdaq. “Ini adalah lingkungan yang menekankan pentingnya mengikuti para pemimpin,” kata Adam Sarhan dari 50 Park Investments.

|Baca: Manajemen Risiko Kredit yang Baik, Kunci NPF Bank Mega Syariah di Bawah 1%

“Ketika Anda melihat saham-saham terkemuka di Wall Street, jelas Anda dapat melihat bahwa teknologi terus memimpin dari waktu ke waktu,” tambahnya.

Saham-saham telah mengalami peningkatan sejak akhir Oktober karena Federal Reserve beralih dari kenaikan suku bunga yang agresif, sementara inflasi telah mereda. Data indeks harga konsumen yang direvisi menunjukkan revisi ke bawah pada Desember. Pasar menantikan pembacaan CPI terbaru minggu depan untuk bulan Januari.

Dolar AS melemah

Sementara itu, dolar AS melemah pada akhir perdagangan Jumat lalu waktu setempat (Sabtu WIB), menuju kenaikan minggu keempat. Sementara para pedagang mengurangi spekulasi mereka mengenai seberapa cepat Bank of Japan akan menaikkan suku bunga dan seberapa cepat Federal Reserve bakal memangkas suku bunga.

Indeks dolar turun 0,07 persen menjadi 104,04, sedangkan euro naik 0,08 persen menjadi US$1,0785. Di sisi lain, para pedagang mengabaikan revisi harga konsumen bulanan AS yang naik kurang dari perkiraan awal pada Desember.

Meskipun inflasi yang mendasarinya masih sedikit hangat, namun gambaran yang beragam tidak mengubah pandangan pasar mengenai waktu penurunan suku bunga The Fed. Revisi tahunan yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja juga menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) meningkat sedikit lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Manajemen Risiko Kredit yang Baik, Kunci NPF Bank Mega Syariah di Bawah 1%
Next Post Siap Lunasi Obligasi Jatuh Tempo, Peringkat Provident Investasi Bersama Ditegaskan idA

Member Login

or