1
1

Infovesta: Investor Saham Disarankan Buy on Weakness saat Pasar Terkoreksi

Suasana perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama menyarankan investor untuk memanfaatkan strategi buy on weakness pada saat pasar saham terkoreksi, sedangkan di pasar obligasi investor diminta untuk mencermati sentimen The Fed.

Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update, Infovesta mencatat IDX Composite (IHSG) dalam sepekan terakhir bergerak bullish dengan pertumbuhan sebesar +1,19% ke level 6.977,65 poin. Meskipun kinerja indeks tumbuh menguat, tetapi investor asing mengakumulasikan aksi net sell sebanyak Rp1,59 triliun.

Sementara itu, untuk indeks sektoral sebagian besar tumbuh positif. Sentimen dari domestik, rilis data M2 tumbuh meningkat sebesar 6,4% pada Juli 2023 (vs prev: 6,1%). Peningkatan pertumbuhan uang beredar dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit dengan pertumbuhan 8,5% yoy pada Juli (vs prev: 7,8% yoy).

|Baca juga: MARKET REVIEW: Net Buy Asing Berlanjut, IHSG Menguat 0,27%

Peningkatan laju pertumbuhan kredit mencerminkan laju pertumbuhan daya beli masyarakat yang terus meningkat. Rilis data S&P Global Manufaktur PMI terjadi peningkatan level ekspansi menjadi 53,9 poin (vs prev: 53,3 poin). Laju manufaktur yang terus tumbuh menandakan peningkatan permintaan baru dan peningkatan aktivitas industri manufaktur.

Di sisi lain, harga bahan baku yang terus terjaga menandakan tingkat ekspansi manufaktur akan terus berlanjut dengan level inflasi yang dapat terjaga. Sentimen dari global, rilis data estimasi terbaru tingkat pertumbuhan PDB AS pada Q2 tumbuh +2,1% (vs prev: 2%) dengan kontribusi investasi non-perumahan mengalami peningkatan yang signifikan (6,1% vs 0,6%). Sedangkan dari China, rilis data PMI Manufakur China kembali ke level ekspansi menjadi 51 poin pada Agustus (vs Prev: 49,2 poin).

Laju ekspansi didorong oleh aktivitas peningkatan industri terutama dari sisi permintaan pesanan baru. Laju ekspansi China yang tergolong cukup lambat ini, setelah reopening China disebabkan oleh persepsi risiko resesi global, membuat perlambatan permintaan secara global. Tantangan pertumbuhan manufaktur China masih berlanjut, mengingat kondisi cuaca buruk di China akan mempengaruhi laju pertumbuhan manufaktur China ke depan.

Pasar obligasi dalam sepekan terakhir tercermin pada yield obligasi pemerintah 10 tahun mengalami penurunan sebesar 15bps ke level 6,38%. Sentimen dari domestik, rilis data inflasi Indonesia masih berada dalam target BI di level 3±1%. Inflasi tahunan naik menjadi 3,27% YoY (vs Prev: 3,08% YoY). Sedangkan inflasi inti kembali turun menjadi 2,18% YoY (vs Prev: 2,42 YoY).

Dari global, rilis data PCE Price Index kembali mengalami peningkatan sebesar 3,29% pada Juli 2023 dimana indikator ini merupakan salah satu acuan yang sering dilihat The Fed sebagai tolak ukur penentuan kebijakan moneternya. Peningkatan indeks harga PCE mengisyaratkan The Fed tetap bernada hawkish.

Dalam sepekan ke depan, pada pasar saham, melihat akan kembali diberlakukannya Auto Rejection Simetris, tingkat volatilitas IHSG akan tetap berlanjut. “Investor dapat memanfaatkan strategi Buy on Weakness ketika indeks terkoreksi. Sedangkan pada pasar obligasi, investor disarankan tetap mencermati beberapa data AS sambil mencermati perkembangan langkah The Fed yang kembali bernada hawkish.”

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Rupiah Berpotensi Tertekan Sentimen Negatif Pasar
Next Post Khawatir terhadap Kondisi China, Harga Emas Berpotensi Melemah

Member Login

or