Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan investor saham untuk dapat memilih saham yang berpotensi membagikan dividen yang menarik. Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi SUN.
“Investor dapat mengurangi porsi tenor jangka pendek dan menambah porsi tenor menengah hingga panjang,” tulis Tim Riset Infovesta seperti dikutip dari Weekly Mutual Funds Update, Selasa, 19 Maret 2024.
Dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bearish sebesar -0,73% ke level 7.328,05. Pemberat laju Indeks disebabkan oleh sektor keuangan (-1,69%) dan sektor energi (-0,81%). Sedangkan dalam level saham, top market laggard dicatatkan oleh BBRI (-5,91%), BREN (-9,39%), dan TPIA (-7,62%).
|Baca juga: Periode Penurunan Suku Bunga Jadi Kesempatan Investor Pemula untuk Berinvestasi
“Investor asing secara akumulasi masih melakukan aksi net buy sebesar Rp7,39 triliun. Sentimen dari domestik, rilis survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun ke level 123,1 poin pada Februari 2024 (vs 125 poin Januari 2024).”
Meskipun demikian, IKK tetap tergolong optimistis didorong oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap ekonomi ke depan. Rilis data neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar US$0,87 miliar, meskipun mengalami penurunan surplus dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar US$2,32 miliar.
Penurunan tingkat surplus diakibatkan oleh laju impor yang lebih cepat dari nilai ekspor. Tercatat nilai ekspor mengalami perlambatan (act: – 9,45% yoy; prev: -8,20% yoy). Hal ini, sejalan dengan lesunya permintaan global terutama dari China yang menjadi negara ekspor terbesar Indonesia. Sedangkan nilai impor meningkat (act: +15,84% yoy; prev: 0,36% yoy).
Sentimen dari global, harga rumah baru China kembali mengalami peningkatan level deflasi menjadi – 1,4% yoy (vs -0,7 yoy Jan’24). Penurunan ini, menunjukan daya beli pada sektor properti masih cukup lemah. Meskipun pemerintah telah menggelontorkan paket stimulus pada sektor properti, namun masih belum signifikan mendongkrak peningkatan permintaan pada sektor properti.
|Baca juga: MAMI Sarankan Investor Berhati-hati Mengantisipasi Kebijakan The Fed
Sedangkan dari AS, defisit anggaran pemerintah AS meningkat menjadi US$-296 miliar pada Februari 2024 atau melebar 13% yoy. Defisit anggaran pemerintah yang melebar disebabkan oleh level suku bunga the Fed ditahan cukup lama dalam level yang tinggi, sehingga memperbesar pembayaran bunga utang the Fed. Pelebaran defisit anggaran pemerintah AS mendorong tingkat ketidakpastian pasar.
Pada pasar obligasi, terlepas dari Infovesta Gov. Bond Index naik +0,03% ke level 10.208,18, yield SUN 10y justru naik +0,21% menjadi 6,74%. Sentimen dari domestik cukup minim, namun sentimen kuat datang dari AS terutama rilis inflasi AS yang meningkat ke 3,2% yoy pada Februari 2024 (vs 3,1% yoy Januari 2024).
Laju inflasi yang cukup lambat untuk turun, mengkonfirmasi the Fed masih belum cukup untuk memangkas suku bunga FFR dalam waktu dekat hingga level inflasi menyentuh di level 2%.
“Jika melihat probabilitas potensi perubahan suku bunga acuan The Fed dari indikator Fed Fund Futures, terlihat bahwa pada FOMC Meeting periode Maret dan Mei 2024, pasar mengekspektasikan FFR tetap akan dipertahankan di level 5,25%-5,50% dan kemudian untuk FOMC Meeting periode Juni 2024 baru ada potensi penurunan sebesar 25bps ke level 5,00% – 5,25% dengan probabilitas penurunan sebesar 55,2%.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News