1
1

Investor Diminta Lebih Selektif dan Perhatikan Fundamental Emiten

Grafis perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama menyarankan investor untuk lebih selektif dalam memilih saham sepanjang perdagangan pekan ini. Investor pun diminta untuk memperhatikan fundamental emiten.

Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta menerangkan IDX Composite (IHSG) dalam sepekan terakhir bergerak bearish dengan perubahan sebesar -0,76% ke level 6.924,78 poin. Tercatat asing melakukan aksi net sell sebanyak Rp1,61 triliun. Net Sell asing tertinggi dicetak oleh BBCA (Rp527,6 miliar), BBRI (Rp210,4 miliar), dan BMRI (Rp147,4 miliar).

Sentimen dari domestik, rilis data Cadangan Devisa menunjukan penurunan menjadi US$137,1 miliar pada Agustus (vs Prev: US$137,7 miliar). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan dalam menstabilkan nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

|Baca juga: Tren Harga CPO dan Kedelai Diperkirakan Cenderung Menguat

Di sisi lain, kebijakan Bank Indonesia yakni kewajiban eksportir terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) belum mampu mendorong posisi Cadangan Devisa. Meskipun, Bank Indonesia telah memperluas sektor untuk mewajibkan eksportir melakukan penempatan pada DHE. Tantangan pelemahan permintaan secara global yang masih berlangsung menjadi salah satu alasan terhambatnya pertumbuhan dari sisi ekspor.

Rilis survei Tingkat keyakinan Konsumen (IKK) meningkat di level 125,2 poin pada Agustus (vs Prev : 123,5 poin). Hal ini, menunjukan IKK mengalami peningkatan level optimis yang mencerminkan tingkat consumer spending masyarakat masih tetap tumbuh. Musim Kampanye dan Pemilu kedepan menjadi pendorong pertumbuhan IKK yang akan tetap di level optimisnya.

Sentimen dari global, rilis data PMI Servis dan Komposit China terbaru mengalami penurunan level ekspansinya masing-masing sebesar 51,8 poin (vs Prev : 54,1 poin) dan 51,7 poin (vs Prev : 51,9 poin). Perlambatan permintaan baru baik dari sisi domestik dan global, serta lemahnya daya tarik harga menghambat laju ekspansi PMI China.

Dari AS, rilis data PMI jasa ISM meningkat diluar dugaan menjadi 54,5 poin (vs Prev : 52,7 poin). Kenaikan PMI jasa ISM mengisyaratkan kuatnya daya tahan perekonomian Amerika Serikat. Pasar obligasi melemah dalam sepekan terakhir, tercermin pada yield obligasi pemerintah 10 tahun yang naik sebesar 18bps ke level 6,56%. Rupiah terdepresiasi sebesar 0,58% ke level Rp15.341/US$. Minimnya sentimen domestik membuat sentimen global lebih mendominasi.

Data PMI jasa ISM AS yang terlihat cukup tangguh mengisyaratkan The Fed berpotensi akan memberikan sinyal kenaikan FFR pada sisa paruh akhir tahun dalam upaya mencapai target inflasi AS di level 2%.

Dalam sepekan ke depan, pada pasar saham, Infovesta menyarankan investor untuk dapat lebih selektif lagi dalam memilih saham. Sedangkan pada pasar obligasi, Pefindo mengumumkan akan banyak obligasi jatuh tempo pada September. “Investor diharapkan tetap dapat memperhatikan fundamental emiten dan research lebih mendalam. Serta dapat memperhatikan rating obligasi yang diterbitkan terutama dalam keperluan refinancing.”

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tren Harga CPO dan Kedelai Diperkirakan Cenderung Menguat
Next Post Mega Insurance dan Bank Muamalat Hadirkan Produk Asuransi Syariah

Member Login

or