Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama mencatat investor saham dapat melakukan aksi buy on weakness pada beberapa saham big caps yang mengalami koreksi di antaranya pada sektor perbankan.
Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi SUN. Investor dapat menambah porsi tenor jangka pendek sebagai langkah antisipasi risiko.
Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update, Senin, 6 Mei 2024, Tim Riset Infovesta memaparkan dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bullish sebesar +1,40% ke level 7.134,72. Menguatnya indeks dipicu oleh menguatnya indeks Wall Street (DJI) sebesar +1,14% dan keputusan The Fed yang kembali mempertahankan suku bunga acuan meskipun inflasi cenderung masih tinggi.
|Baca juga: Infovesta: Investor Dapat Buy on Weakness saat Indeks Terkoreksi
Serta rilis data inflasi Indonesia kembali turun dan dibawah konsensus pasar. Meskipun demikian, investor asing masih melanjutkan aksi jual bersih pada pasar domestik sebanyak Rp3,13 triliun. Dari kelompok saham, aksi jual terbesar terutama pada saham berkapitalisasi besar pada perbankan. Sejalan dengan itu, posisi top market laggards dicatatkan oleh BBRI (-8,90%) dan BMRI (-10,28%).
Sentimen dari domestik, rilis data S&P Global PMI Manufaktur menunjukan penurunan level ekspansi menjadi 52,9 poin pada April 2024 (vs 54,7 Maret 2024). Penurunan level ekspansi terjadi karena perlambatan permintaan ekspor dan harga bahan baku naik di tengah nilai tukar rupiah yang terdepresiasi terhadap Dolar. Tingkat manufaktur Indonesia masih tergolong cukup tangguh karena masih di zona ekspansi (>50 poin). Rilis data inflasi turun menjadi 3% YoY pada April 2024 (vs 3,05% YoY Maret 2024). Kontribusi kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mempunyai andil terbesar terhadap inflasi mengalami penurunan harga.
Seiring dengan peningkatan produksi beras sebesar 5,53 juta ton pada April 2024 (vs 3,38 juta ton Maret 2024), sehingga menekan gejolak harga beras di tengah momen lebaran pada bulan April. Tingkat inflasi masih cukup terkendali berada pada target Bank Indonesia yakni 2,5±1%.
|Baca juga: REVIEW SEPEKAN: Kapitalisasi Pasar Saham Tembus Rp12.012 Triliun
Sentimen dari global, PMI Manufaktur China meningkat ke level 51,4 poin pada April 2024 (vs 51,1 poin Maret 2024). Peningkatan level ekspansi manufaktur dipicu oleh permintaan baru yang terus pulih, serta sejalan dengan aktivitas pembelian meningkat.
Sentimen dari AS, S&P Global PMI Manufaktur AS turun ke level 50 poin pada April 2024 (vs 51,9 poin Maret 2024). Perlambatan laju manufaktur diakibatkan oleh penurunan aktivitas industri akibat sikap kehati-hatian para pelaku industri terhadap bisnis baru.
Pada pasar obligasi, Infovesta Gov. Bond Index naik +0,31% ke level 10.156,33 poin. Sentimen kuat dari domestik yakni perlambatan laju inflasi menjadi angin segar untuk pasar obligasi domestik. Serta didorong oleh sentimen dari AS, keputusan The Fed kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25%-5,50% dan kepastian tidak adanya rencana untuk menaikkannya meskipun inflasi cenderung masih tinggi dan pasar tenaga kerja yang tetap kuat.
The Fed berkeyakinan bahwa proses penurunan disinflasi sudah berada dalam jalur yang tepat selama setahun terakhir. The Fed juga tidak mengubah pandangnya atas keseimbangan antara pasar tenaga kerja AS dengan pencapaian disinflasi AS. Hal ini, sedikit menenangkan pelaku pasar, meskipun investor masih merasa skeptis dengan arah kebijakan moneter The Fed di masa mendatang.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News