Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama mengatakan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan lalu bergerak Rebound. IHSG tercatat menguat sebesar +3,51% ke level 6.875. Bullishnya pergerakan Indeks, membuat investor asing tercatat mulai melakukan aksi net buy sebesar Rp310,44 miliar di seluruh pasar.
“Kuatnya fundamental perekonomian Indonesia menjadi daya tarik investor asing untuk terus melakukan aksi beli pada pasar saham. Rilis data Neraca Perdagangan Indonesia yang masih surplus tercatat US$3,89 miliar pada Desember 2022.”
Meningkatnya pertumbuhan ekspor sebesar 6,58% YoY dan pertumbuhan impor turun sebesar -6,61% YoY. Serta solidnya permintaan global, membuat Neraca Perdagangan masih surplus.
Di sisi lain, rilis data Car Sales mencatat mengalami penguatan sebesar 9,0% YoY pada Desember 2022. Sedangkan sentimen global, rilis data Produksi manufaktur Amerika serikat turun 0,5% YoY pada Desember 2022.
|Baca juga: Investor Saham Disarankan Pilih Saham yang Tahan Banting
Dari China, rilis data PDB China pada Q4 2022 mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 2,9% YoY dibandingkan dengan Q3 2022 sebesar 3,9%. Melambatnya pertumbuhan perekonomian China disebabkan kebijakan Zero Covid Policy yang diterapkan pemerintah china menghambat aktivitas input ataupun output.
Di tengah permintaan global yang melandai, serta guncangan pasokan dan ekspektasi yang melemah terhadap pertumbuhan perekonomian global, membayang-bayangi pertumbuhan perekonomian global kedepan.
Sedangkan dari pasar Obligasi, Infovesta Government Bond Index dalam sepekan lalu, memberikan pertumbuhan +0,11% ke level 9,751. Pada rapat dewan gubernur Bank Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga BI-7DRR sebesar 25 bps menjadi 5,75% pada Januari 2023.
Langkah terbaru membawa benchmark 7-day reverse repurchase rate ke level tertingginya menandakan bahwa siklus pengetatan telah berakhir. Melihat kondisi pasar ke depan, Infovesta menyarankan investor saham dapat memanfaatkan momentum aksi asing yang mulai melakukan beli pada pasar saham.
Serta investor dapat memilih saham yang diproyeksikan mempunyai fundamental bagus dengan menanti rilis data laporan keuangan Q4 2022 dan harga sahamnya masih di bawah undervalue.
“Sedangkan pada pasar obligasi, melihat ekspektasi puncak kenaikan suku bunga akan berakhir pada Q1 2023 dan langkah The Fed dan BI sudah mulai menurunkan tingkat keagresifannya. Hal itu, menjadi sinyal optimis pada pasar obligasi.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News