Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama memaparkan kinerja IHSG terpantau kembali positif sebesar 0,93% ke level 6.951,12 sepekan terakhir. Faktor utama penggerak IHSG adalah rilis laporan keuangan kuartal II/2022 emiten yang lebih baik dari perkiraan dan keputusan Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis points sesuai ekspektasi pasar.
Adapun keputusan The Fed menaikkan suku bunga kembali untuk mengendalikan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat (AS) akibat peningkatan harga energi secara global dan kebijakan suku bunga rendah di era pandemi sebelumnya. Akan tetapi, Infovesta Utama melihat kondisi pasar saat ini masih akan volatile sejalan dengan kebijakan suku bunga tinggi.
|Baca juga: REVIEW SEPEKAN: Data Perdagangan BEI Mayoritas Positif
Bahkan, kekhawatiran investor berlanjut sejalan dengan rilis produk domestik bruto (PDB) AS yang mengalami kontraksi 1,6% dan 0,9% pada kuartal I dan II tahun 2022. Meskipun dalam pidato Gubernur The Fed menyampaikan bahwa AS belum akan resesi dan hanya terjadi perlambatan ekonomi, pelaku pasar masih akan mengambil sikap wait and see terhadap perkembangan pasar global.
Sejalan dengan kinerja IHSG yang positif, pasar obligasi kembali menarik di mata investor. Dalam sepekan, SBN menarik di mata investor karena yield SBN kembali atraktif di sekitaran level 7,4%. Kondisi ini didorong oleh kekhawatiran investor akibat kondisi global yang volatile yaitu inflasi yang masih tinggi, pengetatan kebijakan moneter, dan perang Rusia-Ukraina. Sehingga SBN dianggap sebagai salah satu aset safe haven.
Meskipun kinerja pasar saham dan obligasi dalam sepekan terakhir positif, sejalan dengan situasi kondisi pasar saat ini yang fluktuatif, investor sebaiknya tetap waspada terhadap perkembangan kondisi global terkini.
|Baca juga: MARKET REVIEW: Sektor Bahan Dasar dan Kesehatan Picu Pelemahan IHSG
Lalu, bagaimana dengan kinerja reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap? Investor yang tetap ingin berinvestasi di reksa dana saham dapat berinvestasi di reksa dana berbasis indeks untuk meminimalkan risiko karena terdiri dari saham-saham pilihan.
Sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap, investor dapat berinvestasi di reksa dana berbasis SBN karena yield masih atraktif. Investor disarankan untuk tidak melakukan penempatan secara penuh dalam berinvestasi, namun masuk secara bertahap dan tetap memegang sebagian porsi cash. Hal tersebut karena kondisi pasar yang masih volatile dan kemungkinan untuk pasar SBN kembali turun masih cukup terbuka.
“Kami menyarankan investor agar tetap waspada terhadap isu hawkish The Fed bulan depan serta arah kebijakan BI bulan depan terhadap kenaikan suku bunga yang akan mempengaruhi pergerakan pasar obligasi,” jelasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News