Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama menyarankan investor yang hendak berinvestasi di reksa dana saham untuk wait and see sambil terus mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah mencapai zona tertinggi.
Mengutip Weekly Mutual Funds Update PT Infovesta Utama, dalam kinerja IHSG sepekan terakhir, Infovesta melihat pasar saham berada dalam posisi stagnan. IHSG masih berada di level 7.225,61 atau melemah 0,14% dari posisi minggu lalu. Pelemahan tipis IHSG ini dikarenakan adanya tekanan aksi profit taking yang dilakukan oleh investor domestik menjelang Lebaran sedangkan sentimen aliran dana asing masuk ke pasar saham masih cukup deras mencapai Rp3,8 triliun terutama ke saham berkapitalisasi besar.
|Baca juga: Reksa Dana Pasar Saham Diperkirakan Berpotensi Terus Menguat
Jika diamati saat ini IHSG masih memberikan kinerja positif sebesar 9,79% secara year to date (ytd). Kebijakan ekonomi dalam mempertahankan suku bunga di level 3,5% bulan ini menjadi katalis positif di tengah tren normalisasi ekonomi global. Meski aliran dana asing terus mengalir masuk, kami melihat pelaku pasar masih akan mengamati perkembangan konflik Rusia-Ukraina terhadap harga komoditas batu bara dan kekhawatiran inflasi yang akan terjadi.
Tekanan yang terjadi di pasar obligasi turut dipengaruhi oleh sentimen luar negeri. Salah satunya adalah tekanan kenaikan tingkat suku bunga The Fed semakin jelas setelah ketua The Fed mengisyaratkan kenaikan sebesar 50 bps akan dilakukan pada bulan Mei 2022 yang diikuti dengan lonjakan imbal hasil (yield) AS yang naik ke level 2,9% atau tertinggi sejak 2018.
“Seiring dengan sentimen negatif yang terjadi, kami melihat BI baru akan menaikkan suku bunga pada bulan Juni mendatang karena tekanan capital outflow pada SBN masih tidak terlalu besar saat ini dan rupiah yang masih stabil di level Rp14.356 per dolar AS.”
Di tengah sentimen positif yang mendorong kinerja positif di pasar saham seperti kinerja makroekonomi yang solid, membaiknya penanganan Covid-19, arus capital inflow yang terus mengalir dan stabilitas nilai tukar Rupiah, Infovesta melihat bahwa pasar saham masih berpotensi melanjutkan penguatan.
|Baca juga: Infovesta: Reksa Dana Saham Bisa Jadi Alternatif Investasi
Namun, posisi IHSG saat ini sudah mencapai titik tertinggi. Selain itu, adanya kekhawatiran investor akibat perlambatan ekonomi setelah BI menurunkan proyeksi pertumbuhan tahun 2022 menjadi 4,5%-5,3% (dari sebelumnya 4,7%-5,5%) mendorong aksi profit taking oleh investor dikarenakan adanya ekspektasi lonjakan inflasi.
Oleh karena itu, investor yang hendak berinvestasi di reksa dana saham disarankan untuk wait & see sambil terus mengamati pergerakan harga IHSG yang sudah mencapai zona tertinggi.
Di sisi lain, reksa dana pendapatan tetap masih berada dalam tekanan sejalan dengan rencana ekspektasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral dan Bank Indonesia.
Namun, untuk mengimbangi risiko fluktuasi harga obligasi pemerintah (SBN) yang lebih sensitif terhadap isu ekonomi global, investor dapat mempertimbangkan produk yang memiliki obligasi korporasi dengan peringkat investment grade. “Dan, reksa dana pasar uang sebagai alternatif penempatan sementara sambil memantau kondisi lebih jauh.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News