1
1

Investor Disarankan Waspadai Kenaikan Credit Default Swap (CDS)

Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi
Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama menyarankan investor untuk mewaspadai kenaikan Credit Default Swap (CDS) dalam sepekan terakhir akibat kenaikan suku bunga yang mendorong penyesuaian tingkat imbal hasil obligasi.

Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta memaparkan bahwa sepekan terakhir kinerja IHSG mengalami pelemahan sebesar 0,52% ke level 7.135,25. Faktor-faktor pelemahan kinerja IHSG antara lain rencana pemerintah Indonesia yang akan mencabut subsidi BBM akibat peningkatan harga energi global, sehingga berpotensi mengerek peningkatan inflasi inti yang akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, sentimen kenaikan suku bunga BI sebesar 25 bps bulan ini menjadi 3,75% turut memperberat kinerja IHSG. Namun pasar melihat langkah BI menaikkan suku bunga sudah tepat untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan berbagai kelompok harga. Selain itu, kenaikan suku bunga juga ditujukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global.

|Baca juga: Infovesta: Reksa Dana Saham Bisa Jadi Alternatif Investasi

Sedangkan sentimen negatif dari luar negeri adalah pasar melihat bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akan terus menaikkan suku bunga dalam beberapa waktu untuk meredam inflasi, sehingga berpotensi terhadap perlambatan ekonomi global. Sejalan dengan kondisi tersebut, pasar obligasi masih bergerak fluktuatif. Namun, pasar melihat investasi di pasar obligasi saat ini masih cukup menarik karena masih terjaganya defisit fiskal APBN di tahun 2022 pada target yang ditetapkan pemerintah sebesar 4,5%, seiring dengan peningkatan penerimaan pajak.

Yield masih bergerak atraktif di sekitaran 6,7%-7,1%. “Namun, investor sebaiknya mewaspadai kenaikan Credit Default Swap (CDS) dalam sepekan terakhir akibat kenaikan suku bunga yang mendorong penyesuaian tingkat imbal hasil obligasi yang diinginkan investor,” jelasnya.

Lalu bagaimana dampak terhadap kinerja reksa dana saham dan pendapatan tetap? Meskipun kinerja reksa dana saham masih dalam tren bullish, sebaiknya investor mulai mengurangi porsi kepemilikan (take profit) dan menjaga posisi cash untuk diversifikasi portofolio demi menghindari risiko ketidakpastian global.

“Sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap, investor dapat berinvestasi seiring dengan yield yang mulai atraktif, namun kami tetap menyarankan investor untuk terus memantau perkembangan kondisi global antara lain kenaikan suku bunga The Fed bulan depan, tren inflasi tinggi dan perlambatan perekonomian global,” tulis Infovesta.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Harga Emas Spot Berpotensi Tertekan
Next Post Rayakan HUT ke-66 ACA Optimistis Target Premi 2022 Tercapai

Member Login

or